Jakarta -
Anggota Komisi III DPR RI sekaligus Ketua MPR RI ke-15 dan dosen tetap Pascasarjana Universitas Pertahanan (Unhan), Bambang Soesatyo (Bamsoet) menegaskan bahwa arah kepemimpinan nasional di bawah Presiden Prabowo Subianto menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia untuk menata ulang budaya organisasi pemerintahan dan memperkuat fondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Menurutnya, karakter kepemimpinan yang dibangun saat ini akan menentukan seberapa jauh bangsa Indonesia mampu menghadapi tantangan global yang makin kompleks.
"Presiden Prabowo membawa model kepemimpinan yang tegas, visioner, dan berorientasi hasil. Ini contoh konkret dari kepemimpinan transformasional dan strategis. Beliau tidak sekadar mengelola, tetapi menggerakkan seluruh elemen bangsa menuju tujuan besar, yaitu menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi dan politik yang disegani," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Rabu (15/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut ia katakan saat memberikan kuliah Pascasarjana (S2) Fakultas Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan, secara daring, di Jakarta, Rabu (15/10).
Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 ini menjelaskan, dalam konteks budaya organisasi, gaya kepemimpinan transformasional dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat kolektif, memperkuat loyalitas, serta menanamkan nilai integritas dan disiplin di seluruh tingkatan birokrasi. Gaya kepemimpinan semacam ini, bukan sekadar memimpin dari depan, tetapi menumbuhkan semangat kolektif dan rasa tanggung jawab bersama dalam setiap lini pemerintahan.
"Di masa lalu, kita sering terjebak dalam pola birokrasi yang kaku dan hirarkis. Padahal, untuk mewujudkan Indonesia Emas, kita butuh budaya organisasi yang adaptif dan kolaboratif. Presiden Prabowo memahami hal itu, terlihat dari langkah awal pemerintahannya yang menekankan efisiensi, kecepatan eksekusi, dan sinergi lintas sektor," jelas Bamsoet.
Lebih lanjut, Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini memaparkan, kepemimpinan transformasional bukan sekadar kemampuan memerintah, melainkan seni membangun kesadaran dan tanggung jawab bersama. Seorang pemimpin harus mampu menanamkan makna di balik setiap kebijakan.
Dalam konteks pemerintahan Presiden Prabowo, komunikasi publik yang kuat dan kehadiran langsung Presiden dalam berbagai isu strategis menjadi bentuk kepemimpinan yang memberi teladan nyata.
"Ketika Presiden hadir di tengah rakyat, meninjau proyek strategis, berdialog dengan petani, pelajar, atau prajurit, itu menciptakan kedekatan emosional. Kepemimpinan yang hadir langsung membuat rakyat merasa menjadi bagian dari perubahan. Ini menumbuhkan rasa percaya dan semangat kebangsaan," kata Bamsoet.
Selain itu, Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Alumni Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjajaran ini menuturkan, seorang pemimpin yang kuat tidak diukur dari seberapa keras memberi perintah, tetapi seberapa besar ia mampu menumbuhkan motivasi dalam diri orang lain. Kepemimpinan seperti ini berperan penting untuk menjaga kohesi sosial di tengah perbedaan politik, agama, maupun budaya.
"Pengalaman Presiden Prabowo sebagai prajurit, pengusaha, dan politisi menjadikannya sosok yang memahami pentingnya keseimbangan antara visi besar dan eksekusi. Beliau tahu kapan harus mendobrak, kapan harus menahan diri, serta menggerakkan orang lain untuk ikut berjalan bersama. Inilah kombinasi kepemimpinan strategis dan transformasional yang kita butuhkan saat ini," pungkas Bamsoet.
(prf/ega)