Perkuat Pendidikan Vokasi, Menko PM Usul Pembentukan Badan Vokasi Nasional

2 hours ago 5

Jakarta -

Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat A. Muhaimin Iskandar mendorong pembentukan Badan Vokasi Nasional (BVN) guna memperkuat pendidikan vokasi yang terintegrasi dengan kebutuhan industri. Ia menilai lembaga itu penting untuk mengatasi masalah vokasi, dari ketidakselarasan kurikulum hingga rendahnya penyerapan lulusan SMK.

"Sistem vokasi nasional harus terus dikembangkan. Saya mengusulkan dibuat, didirikan Badan Vokasi Nasional, BVN," kata Muhaimin dalam keterangan tertulis, Jumat (14/11/2025).

Menurut Muhaimin, temuan di lapangan menunjukkan lembaga pendidikan vokasi dengan sistem maju mampu memenuhi kebutuhan pasar kerja dalam dan luar negeri, salah satunya ia lihat saat mengunjungi Sekolah Analis Kimia Bogor (SMAKBO) yang dibina Kementerian Perindustrian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sistem vokasi terintegrasi melalui BVN diyakini dapat mengatasi berbagai masalah SMK dan lembaga vokasi, mulai dari kurikulum yang tidak selaras (mismatch) dengan industri, pelatihan yang tumpang tindih antar Kementerian/Lembaga, hingga penyaluran lulusan, sejalan dengan perhatian Presiden Prabowo Subianto.

Salah satu tantangan utama adalah belum efektifnya sertifikasi keahlian dan bahasa asing berstandar internasional bagi lulusan SMK dan lembaga vokasi. Menurut Muhaimin, BVN akan menghadirkan sistem pengelolaan yang lebih efektif sehingga lulusan SMK dapat lebih cepat terserap di pasar kerja, baik dalam maupun luar negeri.

"Pasar kerja di dalam maupun di luar negeri sangat potensial tetapi pendidikan dan vokasi perlu dikonsolidasikan lebih cepat sehingga memberikan kesempatan kepada masyarakat generasi muda untuk cepat meng-update kapasitasnya," ujarnya.

Pengelolaan vokasi di Indonesia saat ini masih belum terpadu dan belum mampu secara efektif menyerap lulusan SMK maupun lembaga pendidikan vokasi lainnya ke dunia kerja.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sekitar 1,63 juta lulusan SMK masih menganggur dan tidak melanjutkan kuliah. Hambatan utama mereka untuk masuk ke pasar kerja internasional adalah minimnya keterampilan serta kemampuan bahasa yang menjadi syarat bekerja di luar negeri.

(anl/ega)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |