Jakarta -
Polisi memberikan penjelasan mengenai kondisi terkini program budi daya penanaman jagung di Desa Bantarpanjang, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Polisi mengatakan saat ini program memasuki tahapan evaluasi teknis.
Dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (31/12/2025), tim dari SSDM Polri dan Gugus Tugas Polri Ketahanan Pangan sudah melakukan pengecekan ke lokasi budi daya jagung di Tigaraksa. Luas area lahan 50 hektare dan luas area yang sudah dilakukan land clearing (kegiatan pembersihan lahan) sekitar 35 hektare.
Budi daya jagung ini merupakan kerja sama Polda Banten dan Polresta Tangerang dengan PT MSD Corpora Internasional beserta kelompok tani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun peran Polri di budi daya jagung tersebut adalah mencari lahan dan memproses perizinan dengan pemilik lahan untuk digunakan sebagai lokasi penanaman jagung. Polda Banten dan Polresta Tangerang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk melakukan land clearing dan olah lahan.
Sedangkan peran PT MSD di budi daya jagung tersebut adalah bertanggung jawab terkait pengadaan sarana produksi pertanian, penanaman bibit, pemupukan, panen, hingga pemasaran.
Polri menjelaskan kondisi saat ini tanaman terbagi menjadi dua, yaitu tanaman berbuah dan tanaman tidak berbuah. Tanaman yang tidak berbuah sudah dilakukan pemotongan dan pembersihan rumput lahan.
"Sebagian tanaman memang belum selesai dibersihkan dari rumput lahan (gulma), bukan diabaikan/terbengkalai," demikian keterangan dari Humas Polri.
Berdasarkan pengecekan, ada sejumlah kendala yang dihadapi, yaitu kondisi lapisan tanah tipis yang bercampur batu pada hingga minim top soil. Kendala lain yang disebutkan adalah curah hujan yang tinggi, yang menyebabkan erosi, dan cuaca panas yang menyebabkan tanah kering memadat.
Atas kendala tersebut, sejumlah kegiatan akan dilakukan Polri dan PT MSD adalah penataan lahan, pembuatan drainase, penambahan top soil, pembuatan guludan, pembuatan lahan uji coba benih, hingga pembuatan embung.
Penjelasan Polresta Tangerang
Penjelasan mengenai penanaman jagung di Tigaraksa juga disampaikan Polresta Tangerang. Polisi memastikan program itu terus dimonitor untuk keberlanjutan dan perbaikan hasil tanam.
Polresta Tangerang menjelaskan tahapan pembersihan lahan, pengolahan tanah, pemupukan dasar, penanaman hingga pemeliharaan tanaman, dilaksanakan bertahap menyesuaikan kondisi dan kemampuan lahan. Berdasarkan hasil pemantauan lapangan, pertumbuhan tanaman jagung pada fase awal memang belum menunjukkan hasil optimal.
"Kondisi ini terutama dipengaruhi oleh karakteristik lahan berupa tanah merah kekuningan yang relatif minim unsur hara, minim lapisan top soil, serta bercampur dengan batuan padas," ujar Kapolresta Tangerang Kombes Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah dalam keterangan tertulis.
Indra menjelaskan faktor lain yang juga turut memengaruhi adalah curah hujan yang cukup tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu turut berdampak pada terjadinya erosi tanah dan hanyutnya sebagian unsur hara, serta pupuk yang telah diaplikasikan.
Kondisi demikian, kata Indra, diduga menyebabkan pertumbuhan tanaman yang belum seragam. Sebagian tanaman tumbuh pendek serta ukuran tongkol jagung yang masih relatif kecil dan tidak merata.
Indra mengatakan kondisi itu merupakan bagian dari tantangan teknis budi daya di lahan terbuka, bukan indikator berhentinya atau gagalnya program.
"Bahwa program budi daya jagung ini tidak berhenti pada satu siklus tanam," kata Indra Waspada.
Karena kondisi itu, dia menjelaskan, sejumlah langkah tindak lanjut telah disiapkan untuk perbaikan berkelanjutan. Langkah itu di antaranya penataan ulang lahan dengan membagi area tanam menjadi dua blok utama masing-masing seluas sekitar 10 hektare.
Kemudian membangun sistem drainase dan guludan untuk mengurangi genangan air dan erosi. Selain itu, pembentukan lapisan top soil melalui penambahan kompos dan tanah urugan.
Tidak hanya itu, telah direncanakan pula pembuatan embung sebagai sarana penampungan dan pengelolaan air. Dia juga mendorong pembangunan kandang ternak terintegrasi untuk mendukung sistem pertanian terpadu.
"Langkah-langkah ini diharapkan dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan mendukung produktivitas tanaman pada fase tanam berikutnya," ujar Indra Waspada.
(knv/aud)


















































