YAHUKIMO - Di antara lembah-lembah sunyi dan pegunungan yang membisu di Distrik Dekai, Yahukimo, harapan kembali tumbuh. Bukan dari rumah sakit megah atau klinik modern, melainkan dari tangan-tangan hangat prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 1 Marinir, yang menjelma menjadi penyembuh di tengah keterbatasan (4/4/2025).
Di tengah honai sederhana yang menjadi saksi bisu perjuangan hidup masyarakat, para Marinir hadir tanpa protokol yang kaku, tanpa batas yang kering. Mereka datang dengan membawa satu misi: menyembuhkan dan menguatkan.
Pemeriksaan kesehatan, pengobatan gratis, dan pelayanan medis menjadi jembatan kasih yang menghubungkan loreng TNI dengan detak kehidupan rakyat Papua. Setiap tindakan bukan sekadar rutinitas medis, tapi bentuk kasih sayang yang nyata. Tetes keringat yang menetes saat mengangkat peralatan medis, senyum sabar yang menguatkan pasien semuanya adalah bukti bahwa TNI hadir bukan hanya untuk bertugas, tapi untuk menyatu.
Komandan Satgas Yonif 1 Marinir, Letkol Marinir Siswanto, menyampaikan dengan tulus, “Kesehatan adalah hak setiap warga negara. Kami hadir bukan hanya untuk menjaga batas, tapi juga menjaga kehidupan. Papua tidak sendiri, dan kami akan selalu hadir.”
Respons masyarakat pun mengharukan. Anak-anak tersenyum saat demam mereka reda. Para ibu memeluk prajurit sambil berucap syukur. Suasana haru melingkupi Distrik Dekai, saat rakyat dan prajurit saling merasakan bahwa mereka satu keluarga.
Mayjen TNI Lucky Avianto, Pangkoops Habema, menyampaikan apresiasi yang dalam. “Apa yang dilakukan Satgas Yonif 1 Marinir adalah wajah sejati TNI. Mereka tidak hanya menjaga wilayah, tetapi juga menyembuhkan luka-luka kemanusiaan, ” ucapnya. “Di balik loreng itu, ada hati yang tulus. Itulah kekuatan TNI.”
Di jantung Papua yang sejuk dan sunyi, prajurit Marinir membuktikan bahwa cinta dan kepedulian bisa hadir bahkan di titik paling terpencil negeri ini. Mereka bukan hanya pasukan tempur—mereka adalah pelindung harapan.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono