Dunia Tidak Baik-baik Saja, Kiai Said: Tokoh dan Ormas Agama Harus Jadi Pendamai, Bukan Penonton

6 hours ago 2

loading...

Ketua Umum LPOI dan LPOK, Said Aqil Siradj, menegaskan pentingnya peran tokoh agama dan organisasi keagamaan di tengah dinamika global yang tidak menentu. FOTO/IST

JAKARTA - Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK), Said Aqil Siradj, menegaskan pentingnya peran tokoh agama dan organisasi keagamaan di tengah dinamika global yang tidak menentu. Dalam konsolidasi tokoh agama dan ormas keagamaan yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Jakarta, Rabu (30/4/2025), Kiai Said menekankan bahwa dunia saat ini tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja.

"Ormas dan tokoh agama tidak boleh hanya menjadi penonton, apalagi terbawa dalam arus pertarungan kepentingan global. Kita harus tampil sebagai penyelesai dan pendamai konflik," kata Kiai Said.

Ia mengungkapkan, Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim yang toleran, dengan legitimasi keislaman yang kuat dan konektivitas luas dengan dunia Islam dan agama-agama lain, memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang perdamaian global.

Acara yang dihadiri sekitar 100 peserta dari berbagai ormas seperti NU, Muhammadiyah, Al Washliyah, Persis, Al Irsyad, DDI, dan lainnya ini juga menghadirkan sejumlah pembicara, antara lain Deputi 1 BNPT Mayjen TNI Sudaryanto, Direktur Pencegahan BNPT Irfan Idris, Ketua MUI KH Yusnar Yusuf Rangkuti, dan akademisi Prof Ai Fatimah Nur Fuad.

Menurut Kiai Said, dunia kini tengah menghadapi konflik bersenjata, turbulensi ekonomi, dan bencana ekologis yang terus meningkat. Di sisi lain, Indonesia juga berada pada persimpangan peradaban global dan harus waspada terhadap ancaman dari dalam maupun luar negeri.

"Jika kita lengah, Indonesia bisa tergelincir ke dalam kekacauan. Narasi 'Indonesia Gelap' harus dilawan dengan narasi 'Indonesia Cerah' melalui langkah-langkah konkret," katanya.

Ia menyoroti skenario-skenario asing yang dapat mengganggu stabilitas nasional, mulai dari manipulasi pasar, pelemahan nilai tukar rupiah, hingga potensi aksi teror baru. Untuk itu, Kiai Said mengusulkan strategi berbasis nilai-nilai spiritual yang diilhami dari Surat Al-Quraisy, antara lain meningkatkan diplomasi dan perdagangan global secara agresif, mengoptimalkan fungsi rumah ibadah sebagai pusat konsolidasi sosial dan kebangsaan, mewujudkan kedaulatan pangan dan energi berbasis rumah ibadah, dan mendukung BNPT sebagai garda terdepan dalam menjaga stabilitas nasional.

"Ke depan, ormas dan tokoh agama tidak hanya sebagai pemadam kebakaran, tetapi harus menjadi aktor strategis dalam sistem manajemen krisis nasional," tandasnya.

Sementara itu, Deputi 1 BNPT Mayjen TNI Sudaryanto menekankan tiga peran utama tokoh agama dan ormas keagamaan dalam menjaga ketahanan nasional. Pertama, sebagai penjaga moral dan etika publik. Kedua, sebagai penyeimbang antara negara dan masyarakat. Ketiga, sebagai pelayan umat dan penggerak pemberdayaan sosial ekonomi.

"Ketiga fungsi ini harus terus dirawat. Dalam semangat kolaborasi, pembangunan bangsa bukanlah tanggung jawab satu pihak, melainkan seluruh elemen bangsa," ujar Sudaryanto.

Ia mengajak semua pihak membangun masa depan Indonesia dengan menyeimbangkan antara nilai dan nalar, kebijakan dan keadilan, serta pembangunan dan pengayoman.

(abd)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |