Jadi Negara Maju, Jumlah Perusahaan Menengah-Besar RI Harus Naik 3 Kali

4 hours ago 2

loading...

McKinsey Global Institute merilis laporan terbaru berjudul The Enterprising Archipelago: Propelling Indonesia’s Productivity. FOTO/Armydian K

JAKARTA - Indonesia berpeluang menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2045, namun untuk mewujudkan target tersebut, jumlah perusahaan menengah dan besar harus ditingkatkan hingga tiga kali lipat. Hal ini menjadi sorotan utama dalam laporan terbaru McKinsey Global Institute (MGI) berjudul The Enterprising Archipelago: Propelling Indonesia’s Productivity yang menekankan pentingnya peningkatan produktivitas nasional secara signifikan.

Laporan menyebutkan, untuk mencapai pendapatan per kapita minimum sebesar USD14.000 dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,4% per tahun, Indonesia perlu menaikkan produktivitas tahunan dari rata-rata 3,1% sejak tahun 2000 menjadi 4,9%. “Ini hanya dapat dicapai melalui strategi pendalaman modal dan transformasi ekosistem perusahaan, terutama dengan memperkuat peran perusahaan menengah dan besar,” kata Chris Bradley, Direktur MGI.

Saat ini, hanya 25% tenaga kerja non-pertanian di Indonesia yang bekerja di perusahaan dengan lebih dari 50 karyawan. Jumlah ini perlu digandakan agar proporsi pekerja formal dan produktif meningkat. Sebagian besar pekerja Indonesia masih berada di sektor informal dan usaha mikro. MGI memproyeksikan sektor jasa akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, dengan kontribusi hingga 70% dalam dua dekade mendatang.

Menurut Phillia Wibowo, Partner and Leader of McKinsey's People & Organizational Performance Practice, McKinsey and Company, Indonesia, transformasi ekonomi membutuhkan pembangunan lima jenis modal secara bersamaan: keuangan, manusia, institusional, infrastruktur, dan kewirausahaan. “Produktivitas tidak bisa hanya mengandalkan investasi tradisional. Diperlukan pendekatan holistik yang memperkuat fondasi ekonomi nasional,” tegasnya.

Phillia juga menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia dan kesetaraan gender. Perusahaan dengan keterwakilan perempuan di posisi eksekutif dinilai memiliki kinerja yang lebih baik. Jika kesenjangan gender tidak segera diatasi, Indonesia berpotensi kehilangan tambahan PDB sebesar USD135 miliar dalam enam tahun ke depan. Selain itu, inovasi harus diarahkan dengan strategi yang jelas agar mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

Penguatan perusahaan dan dorongan produktivitas juga terbukti efektif di negara-negara seperti Tiongkok, Polandia, dan Korea Selatan yang berhasil keluar dari jebakan pendapatan menengah dalam waktu 15–30 tahun. Indonesia sendiri telah menunjukkan kemajuan dengan menurunkan tingkat kemiskinan ekstrem dari 70% pada 1984 menjadi kurang dari 2% pada 2023, namun masih menghadapi tantangan besar seperti ketimpangan wilayah dan infrastruktur digital yang belum merata.

MGI menilai bahwa sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat menjadi penentu utama keberhasilan transformasi ini. “Tanpa keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan, target Indonesia Emas 2045 akan sulit tercapai,” ujar Kevin Russell, Senior Fellow MGI. Dengan reformasi struktural dan pembangunan perusahaan berskala, Indonesia memiliki peluang nyata untuk naik kelas menjadi negara maju.

(fjo)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |