Jakarta -
Banit PPA Ditreskrimum Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) Brigpol Firgha Amaliyah Ghazali sosok polwan yang berkomitmen tinggi untuk melindungi perempuan dan anak. Buktinya, dia telah membongkar ratusan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sultra.
Atas dedikasinya itu, Brigpol Firgha diusulkan Biro SDM Polda Sultra dalam Hoegeng Corner 2025. Brigpol Firgha telah bertugas di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Ditreskrimum Polda Sultra sejak 2016, artinya dia hampir 10 tahun menangani kasus-kasus kekerasan yang membuat perempuan dan anak di Sultra menjadi korban.
"Karena memang sudah bertugas di PPA kan sudah lama, jadi sudah terbawa sampai ke kehidupan sehari-hari. Apalagi sekarang ini kasus di Kendari itu untuk tindak kekerasan seksual maupun fisik kepada perempuan dan anak itu semakin tahun semakin meningkat, khususnya yang laporan yang masuk di Polda Sultra," kata Brigpol Firgha kepada detikcom, Kamis (9/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Brigpol Firgha Amaliyah Ghazali (paling kiri) Foto: dok. istimewa
Bertahun-tahun, Brigpol Firgha menjadi petugas yang melakukan penyelidikan dan penyidikan laporan terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak yang diterima Polda Sultra. Menurutnya, banyak kasus kekerasan perempuan dan anak yang viral sudah ditangani dan terbongkar hingga para tersangkanya dihukum pidana maksimal.
"Banyak sih (kasus kekerasan viral), kayak yang kemarin itu ada yang ngelempar anak bayi di lantai, itu yang dilakukan sama perempuan. Kemudian yang viral lagi itu kasus yang pengeroyokan terhadap anak pencuri tabung gas," ucap Brigpol Firgha.
"Kemudian ada beberapa yang melibatkan anggota keluarga dekat. Baru-baru ini yang pelecehan seksual dilakukan oleh ayah angkat yang masih merupakan pengurus dari pondok pesantren, itu masih proses sampai sekarang," tambahnya.
Brigpol Firgha menyebut ada ratusan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang telah ditangani sejak tahun 2016. Sebab, kata dia, setiap tahun Brigpol Firgha dapat puluhan laporan masyarakat yang langsung ia sendiri bertanggungjawab untuk membongkarnya.
"Saya sudah di PPA dari tahun 2016, kalau untuk kasus biasanya kami di 1 SP lidik gitu kan, kalo untuk SP lidik itu udah ratusan, tapi kalau untuk ada beberapa kasus yang ditangani sendiri. Jadi kami yang bertanggung jawab, namun yang lain tetap membantu, itu namanya kan 1 SP lidik, 1 sprin. Jadi tuh setiap tahunnya dapet puluhan (penanganan kasus)," ujarnya.
Dia menceritakan tantangan menjadi penyelidik dan penyidik kasus-kasus PPA. Menurut Firgha, dirinya rentan digugat oleh pihak-pihak yang tak terima atas hasil penyidikan dari kasus yang dibongkarnya. Tapi Brigpol Firgha yakin ia telah melaksanakan tugas dengan baik dan benar.
"Jadi itu menyita waktu lagi karena kami harus mengurus berkas-berkas lagi, padahal ini berkasnya sudah kami kirim di kejaksaan, jadi harus berurusan dengan pengadilan lagi. Belum lagi kalau dilaporkan di Propam, jadi kami harus berurusan di Propam lagi, sedangkan itu kan mengganggu tugas kita sehari-hari," kata Firgha.
Selain itu, Brigpol Firgha menyebut tantangan menangani kasus PPA di Sultra adalah jarak tempuh ke lokasi kejadian yang dari Polda Sultra bisa berpuluh-puluh kilometer. Tak hanya itu, wilayah Sultra yang kepulauan itu juga membuat dirinya harus menyeberang lautan untuk menjemput bola penanganan kasus.
"Kayak yang TPPO tahun 2022, laporan tindak pidana perdagangan orang yang anak-anaknya itu dibawa ke Wakatobi untuk kerja di club, itu kami lewat darat dari Polda, kemudian keliling ke Wakatobi, itu kan jauh, harus lewat Buton dulu, perjalanannya lumayan jauh, ada juga yang di Buton Utara," ucap Firgha.
"Kalau di Sulawesi Tenggara kepulauannya banyak, Kepulauan Buton, Wakatobi, itu ada beberapa Polres yang memang di pulau, kalau yang lain daratan banyak juga, cuma jauh-jauh jaraknya," tambahnya.
Atas hal tersebut, Brigpol Firgha bisa menghabiskan waktu berhari-hari untuk mengusut suatu kasus yang tempat kejadian perkaranya (TKP) jauh dari Polda Sultra.
Aktif Kegiatan Sosial di Kendari
Di luar tugas sebagai anggota Polri, Brigpol Firgha juga aktif berkegiatan sosial bersama masyarakat Kendari, Sultra. Sejak 2016, dia aktif sebagai relawan dalam kegiatan pengurusan jenazah perempuan.
"Sejak pertama kali dibentuk sampai sekarang itu kami sudah mengurus ratusan jenazah perempuan," ujarnya.
Selain itu, Brigpol Firgha juga menjadi penggagas sekaligus penggerak komunitas berbagi nasi Kendari. Kegiatan ini pertama kali dilaksanakan pada 2016 dengan membagikan sejumlah porsi nasi plus lauk untuk orang-orang yang membutuhkan di jalanan.
Brigpol Firgha Amaliyah Ghazali Foto: dok. istimewa
Ide awal dari kegiatan berbagi nasi Kendari muncul dari kekhawatiran Brigpol Firgha melihat pengemis yang meminta-minta uang untuk sesuap nasi. Ia pun mencari tahu tentang komunitas berbagi nasi di sejumlah daerah Indonesia, di mana saat itu di Kendari belum ada komunitasnya.
Kemudian, Brigpol Firgha mengadopsi aksi sosial itu dengan mengajak masyarakat Kendari untuk saling berbagi dan peduli. Dia mengunggah informasi ajakan kepada para dermawan untuk menjadi donatur dan terlibat langsung dalam kegiatan.
"Alhamdulillah (ajakan kegiatannya) disambut baik, pas minggu depannya langsung jalan sampe sekarang," imbuhnya.
(fas/knv)


















































