Jakarta -
Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono menyebut Yogyakarta menjadi pelopor sistem ekonomi kerakyatan. Hal ini karena tak lepas dari faktor sosial budaya di Yogyakarta.
Hal ini disampaikan dalam acara dialog 'Koperasi inklusif dan inovatif sebagai pilar kesejahteraan dan ekonomi berkelanjutan' dalam peringatan Hari Koperasi ke-78 di Yogyakarta, Minggu (20/7/2025). Ferry menjadi pembicara bersama Sultan Hamengkubuwono X dan Wakil Rektor UGM Arie Sudjito.
"Koperasi desa marwahnya adalah ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang berjalan berbasis pada nilai-nilai tradisi, yaitu pada prinsip gotong-royong dan kekeluargaan," kata Ferry.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang juga Koordinator pelaksana harian Satgas Percepatan Koperasi Desa Merah Putih menyebut keunggulan koperasi desa. Koperasi desa adalah wujud dari sistem ekonomi kerakyatan.
"Koperasi desa menjadi perwujudan dari sistem ekonomi kerakyatan," lanjutnya.
Menurutnya, selalu ada pro dan kontra dalam sistem ekonomi. Namun, hal ini merupakan bagian dari dialektika.
"Terjadi pro dan kontra yang saya hayati sebagai dinamika dan dialektika dalam membangun tata ekonomi konstitusional," katanya.
"Tata ekonomi tersebut diterjemahkan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah berbasis Data Presisi," lanjutnya.
Dalam hal ini, Yogya memiliki kekuatan untuk memulai sistem ini. Yogya menjadi pelopor kebijakan ini.
"Yogyakarta memiliki kekuatan untuk memulai sistem tersebut. Menjadi pelopor bagaimana kebijakan dan program pembangunan berbasis pada data yang akurat, aktual dan relevan," jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa Yogya tak hanya istimewa karena faktor historis. Yogya istimewa karena faktor budaya.
"Yogyakarta memiliki keistimewaan bukan hanya karena faktor historis. Namun juga karena faktor budaya dan sosialnya yang istimewa," ungkapnya.
Simak juga Video: Zulhas Cek Kesiapan Peluncuran 80 Ribu Kelembagaan Kopdes Merah Putih
(rdp/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini