Siswa SD Tewas Dianiaya Teman, KPAI: Pencegahan Kekerasan di Sekolah Tak Optimal

1 day ago 5

Jakarta -

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) angkat bicara terkait siswa SD berinisial AF di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), meninggal dunia setelah diduga menjadi korban pengeroyokan tiga temannya saat pulang sekolah. KPAI menyesalkan kasus kekerasan di sekolah kembali terjadi.

"Berulangnya kejadian bullying di sekolah di beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa pencegahan dan penanganan kekerasan pada satuan pendidikan harus dioptimalkan. Tim PPKSP perlu ditingkatkan kapasitas dan kompetensinya agar efektif dalam menjalankan kinerja perlindungan anak pada satuan," kata Komisioner KPAI Aris Adi Leksono kepada wartawan, Minggu (1/6/2025).

Aris mengatakan ekosistem pendidikan, meliputi orang tua, guru, dan peserta didik harus terus diedukasi agar terwujud early warning system terkait pencegahan bullying pada satuan pendidikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terkait kasus yang terjadi di SD Makassar, turut berbela sungkawa, kami berharap aparat penegak hukum menangani kasus ini, mengacu pada UU Perlindungan dan UU Sistem Peradilan Pidana Anak," ucapnya.

Dia berharap Kementerian Pendidikan Dasar Menengah (Kemendikdasmen) merespons atas kejadian tersebut. Menurutnya, Kemendikdasmen harus lebih gencar mengedukasi tentang strategi kolaboratif pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah.

"Selain itu, perlu menguatkan kapasitas dan kompetensi tim khusus yang menangani kekerasan pada satuan pendidikan," imbuhnya.

Sebelumnya, siswa SD berinisial AF di Kota Makassar meninggal dunia setelah diduga menjadi korban pengeroyokan. Korban diduga dipukul hingga disundut rokok oleh tiga orang saat pulang sekolah.

Dilansir detikSulsel, tante korban, Dasma, mengatakan peristiwa itu terjadi pekan lalu usai korban mengikuti ujian akhir sekolah. Korban mengeluh sakit, lalu dibawa ke rumah sakit dan mengaku dikeroyok oleh tiga orang.

"Di rumah sakit, dia saya tanya, 'AF, siapa yang pukul kau, Nak?' Dia bilang, 'teman'. 'Berapa orang anak?' Dia mengakunya tiga, dia kasih naik jarinya tiga," ujar Dasma kepada wartawan di rumah duka, Jumat (30/5/2025) malam.

"Dia bilang ada anak SMP satu orang. Yang dua anak SD. Dia dipukul di luar sekolah, depan sekolahnya, saat pulang sekolah. Karena ini anak masih ujian," lanjutnya.

Korban meninggal pada Jumat (30/5) setelah sempat dirawat di rumah sakit. Di tubuh korban ditemukan beberapa luka bakar dan tanda-tanda penganiayaan.

"Ada luka di belakangnya, kasihan. Luka disundut rokok," jelas Dasma.

Lihat juga Video: Remaja di Jember Aniaya Ibu Kandungnya hingga Babak Belur

(fas/dhn)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |