PUNCAK - Kabut tipis yang menggantung di Pegunungan Tengah menjadi saksi bisu ketika Pos Eromaga, Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti (Wyc), kembali membuka pintunya bagi warga Kampung Eronggobak, Distrik Omukia. Bukan untuk urusan keamanan semata, melainkan untuk menghadirkan sentuhan kepedulian lewat pelayanan kesehatan gratis, Selasa (9/9/2025).
Bagi masyarakat di pedalaman Papua, perjalanan menuju fasilitas kesehatan adalah perjuangan panjang menembus bukit dan lembah. Namun di hari itu, langkah mereka dipenuhi semangat baru: kerinduan akan perhatian dan pengobatan. Pos Eromaga menjadi tujuan, dan prajurit TNI menjadi harapan.
Satu per satu warga datang membawa keluhan. John Murib (42) mengadu soal pegal-pegal yang menghambat aktivitas sehari-hari. Agus Walker (37) tak kuasa menahan batuk dan flu berkepanjangan. Silatus Murib (27) tampak lemah dengan sakit kepala yang menghantui. Pangaial Murib (54) merasakan kombinasi demam dan flu yang menyiksa, sementara Melina (15), gadis belia, hanya bisa meringis menahan sakit perut.
Di ruang sederhana pos, para prajurit berubah fungsi: dari pasukan pengawal kedaulatan menjadi tenaga medis darurat. Dengan telinga yang saksama dan tangan penuh empati, mereka mendengarkan setiap keluhan, meracik obat, dan menyampaikannya dengan bahasa penuh kelembutan. Perlahan, wajah murung berganti senyum. Sejuknya obat sederhana menjadi penghapus sakit, sementara kehangatan sapaan prajurit mengusir dinginnya udara pegunungan.
Komandan Pos Eromaga, Letda Inf Sudirman, menyaksikan sendiri pemandangan yang mengharukan itu. “Ini lebih dari sekadar angka dalam laporan kesehatan, ” ucapnya mantap. “Bagi kami, setiap keluhan adalah wujud kepercayaan. Dan setiap senyum yang mereka bawa pulang adalah semangat baru. Pos ini tidak hanya berdiri untuk menjaga, tetapi juga untuk merangkul. Melayani warga Eronggobak adalah tugas teritorial sekaligus panggilan hati kami.”
Pernyataan itu menggambarkan dengan jelas wajah humanis TNI di Papua. Bahwa tugas menjaga perbatasan tidak hanya berarti waspada terhadap ancaman, tetapi juga memastikan rakyat di pelosok negeri tidak kehilangan hak dasarnya: kesehatan.
Di tengah kesunyian lembah dan kerasnya tantangan alam, aksi Satgas Yonif 700/Wyc menjadi penegas bahwa senjata paling kuat bukan hanya peluru, melainkan kepedulian. Mereka hadir tidak sekadar sebagai penjaga, tetapi juga sebagai saudara yang membalut luka dengan kasih, dan menumbuhkan harapan lewat senyum warga.
Apa yang terjadi di Eronggobak hari itu adalah potret sederhana namun sarat makna: negara benar-benar hadir, bahkan hingga ke sudut paling sunyi di Tanah Papua.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono