Pemerintah Tarik Utang Rp250 Triliun di Awal Tahun, Sri Mulyani Sebut Alasannya

5 hours ago 4

loading...

Menkeu Sri Mulyani Indrawati menegaskan, bahwa pemerintah telah merealisasikan pembiayaan anggaran hingga Rp250 triliun sampai dengan 31 Maret 2025. Foto/Dok

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan, bahwa pemerintah telah merealisasikan pembiayaan anggaran hingga Rp250 triliun sampai dengan 31 Maret 2025. Strategi front loading tersebut dilakukan untuk menghadapi ketidakpastian global yang dinilai semakin tinggi tahun ini.

“Ini menjadi sumber berita yang menarik, Rp250 triliun terhadap pembiayaan anggaran yang di dalam APBN ditulis Rp616,2 triliun. Artinya Pak Minto sudah merealisir Rp40,6 triliun,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi April 2025, Rabu (30/4/2025).

Pembiayaan anggaran ini meningkat dari sebelumnya Rp220,1 triliun pada Februari 2025. Artinya, pemerintah sudah merealisasikan 40,6% pembiayaan anggaran pada tahun ini. Adapun yang disebutkan Menkeu merujuk pada Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto.

Menkeu juga menyebut, pembiayaan awal (front loading) merupakan strategi rutin yang dijalankan pemerintah untuk mengantisipasi gejolak pasar. Namun tahun ini ketidakpastian meningkat tajam akibat dinamika global, termasuk kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump di Amerika Serikat.

“Tahun ini ketidakpastiannya even higher. Coba kita lihat ketidakpastian dari mulai kebijakan Presiden Trump yang menimbulkan jiteri di market, menimbulkan ekspektasi inflasi di AS meningkat, menyebabkan Fed Fund rate menjadi dalam posisi sulit untuk menurunkan suku bunga,” jelasnya.

Sri Mulyani menambahkan bahwa hubungan antara Presiden Trump dan Ketua The Fed yang kurang harmonis turut menciptakan tambahan risiko di pasar global. Karena itu, front loading dinilai langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas fiskal di tengah tekanan.

Sri Mulyani juga menjelaskan posisi defisit anggaran per 31 Maret 2025 sebesar Rp104,2 triliun atau setara 16,9% dari total defisit yang ditargetkan tahun ini, yakni Rp616,2 triliun. Angka ini setara 0,43% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), masih jauh di bawah batas aman APBN.

“Saya ulang sekali lagi, sebagai pembantuan media kalau bikin beritanya, saya berdoa dan saya berharap bukan-bukan lengkap. Yaitu defisit 0,43 persen Rp104,2 triliun bukan hal yang menimbulkan kekhawatiran. Karena masih di dalam desain APBN,” tegasnya.

Gejolak ekonomi sangat tinggi pada kuartal I-2025 dipicu oleh kebijakan tarif respirokal Trump. Dengan demikian, Sri Mulyani menilai kebijakan front loading dalam pembiayaan APBN 2025 cukup tepat.

Ia juga menjelaskan, bahwa pendapatan negara telah mencapai 17,2% dari target dan belanja negara 17,1% dari target. Dengan kata lain, realisasi pendapatan, belanja, dan defisit seluruhnya berada pada jalur yang seimbang dan sesuai postur APBN.

(akr)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |