Jakarta -
Hari ini, 10 September 2025, umat Hindu di Bali dan berbagai daerah di Indonesia merayakan Hari Raya Pagerwesi. Perayaan ini menjadi momen penting untuk memperteguh keimanan, memusatkan diri pada pengetahuan spiritual, dan membentengi diri dari pengaruh negatif.
Pagerwesi merupakan hari raya umat Hindu yang diperingati setiap Rabu Kliwon. Hari ini dirayakan sebagai wujud pemuliaan terhadap Sang Hyang Widhi Wasa sebagai guru spiritual. Bagi sebagian besar masyarakat Hindu, Hari Raya Pagerwesi sama besarnya seperti Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Makna dan Filosofi
Hari Raya Pagerwesi menjadi momen penting bagi umat Hindu untuk kembali memurnikan dan memperteguh komitmen diri pada ajaran spiritual. Menurut Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Hindu Kementerian Agama (Kemenag RI), Pagerwesi berasal dari kata 'pager' yang berarti pagar dan 'wesi' yang berarti besi. Secara harfiah, Pagerwesi diartikan sebagai "pagar dari besi." Makna filosofisnya adalah sebagai benteng spiritual yang kuat untuk melindungi diri dari godaan duniawi yang dapat merusak pikiran dan jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perayaan ini juga dimaknai sebagai hari yang dikhususkan untuk memuja Sang Hyang Paramesti Guru, manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berkedudukan sebagai guru alam semesta. Sebagai guru spiritual, beliau menuntun umatnya untuk melindungi diri melalui penguasaan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, Pagerwesi mengajak umat untuk memuliakan ilmu pengetahuan sebagai pagar besi yang kuat dalam menghadapi pengaruh negatif.
Sejarah dan Tradisi
Hari Raya Pagerwesi memiliki hubungan erat dengan Hari Raya Saraswati. Pagerwesi dirayakan empat hari setelah Hari Raya Saraswati, yang merupakan perayaan turunnya ilmu pengetahuan suci. Menurut laman Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Buleleng, jika Saraswati adalah hari untuk merayakan turunnya ilmu, maka Pagerwesi adalah hari untuk membentengi ilmu tersebut. Ilmu pengetahuan yang sudah didapatkan perlu dilindungi dari penyalahgunaan.
Tradisi perayaan Pagerwesi biasanya dilakukan dengan persembahyangan yang khusyuk di pura-pura dan tempat suci. Di beberapa daerah di Bali, umat melakukan persembahan dan ritual sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan. Hal ini dilakukan sebagai wujud syukur atas berkah ilmu pengetahuan yang telah diterima. Selain itu, perayaan ini juga mengingatkan umat Hindu untuk mengendalikan hawa nafsu dan keserakahan, sehingga mampu membedakan hal baik dan buruk.
Hari Raya Umat Hindu
Hari Raya Pagerwesi dirayakan setiap 210 hari sekali berdasarkan perhitungan kalender Bali. Perayaan ini jatuh pada Rabu Kliwon Sungsang. Penanggalan ini berbeda dengan kalender Masehi, sehingga tanggal perayaannya setiap tahun bisa berubah.
Berdasarkan kalender Bali, selain Pagerwesi pada 10 September 2025, ada beberapa hari raya penting lainnya yang dirayakan umat Hindu di bulan ini. Mengutip dari detikBali, berikut adalah jadwal lengkapnya:
- 1 September: Candung Watang
- 2 September: Paid-Paidan
- 3 September: Buda Urip
- 4 September: Panegtegan
- 5 September: Pangredanaan
- 6 September: Hari Raya Saraswati
- 7 September: Banyu Pinaruh dan Purnama Sasih Katiga
- 8 September: Soma Ribek
- 9 September: Sabuh Mas
- 10 September: Pagerwesi
- 15 September: Kajeng Keliwon Uwudan
- 20 September: Tumpek Landep
- 21 September: Redite Umanis Ukir
- 22 September: Tilem Sasih Katiga
- 24 September: Buda Cemeng Ukir
- 30 September: Kajeng Kliwon Enyitan dan Anggara Kasih Kulantir
Hari Raya Pagerwesi menjadi momen penting bagi umat Hindu untuk kembali merenungi makna pengetahuan dan spiritualitas. Perayaan ini adalah ajakan untuk membentengi diri dari pengaruh negatif dan terus mengembangkan ilmu sebagai pelindung kehidupan.
(wia/imk)