Legislator: RI Punya Pancasila, tapi Ketinggalan Jauh dari Negara Komunis

3 hours ago 1
Jakarta -

Badan Legislasi (Baleg) DPR RI menggelar rapat dengar pendapat umum (RDPU) membahas Rancangan Undang-Undang tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (RUU BPIP). Legislator Golkar dalam rapat ini berbicara soal RI yang sudah ketinggalan kemajuannya dari negara China hingga Vietnam.

Adapun RDPU ini menghadirkan tokoh agama, Habib Muksin Alatas, Kamis (11/9/2025). Anggota Baleg Fraksi Golkar Firman Subagyo mulanya menyinggung situasi bangsa terkini.

"Kita akan mencoba menggali lebih dalam fakta dan kenyataan yang ada, bagaimana kalau kita melihat situasi kondisi bangsa kita yang kemarin kita kenapa terjadi rakyat itu berdemo, karena ada ketidakpuasan. Ketidakpuasan dan mereka merasa tidak merasa keadilan karena wilayah Republik," kata Firman dalam rapat di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (11/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Firman menyinggung segelintir keluarga yang menguasai tanah di RI. Menurutnya, jika fakta benar, itu pulalah yang menyebabkan kesenjangan di Indonesia.

"Konon katanya, lahan kita dikuasai segelintir kelompok elite tertentu, ini yang menyebabkan kesenjangan. Dan kedua, terhadap masalah pemerataan pendapatan, ini juga sangat dirasakan dan visi-misi Pak Prabowo juga sangat bagus di mana beliau dalam pidatonya menyampaikan bahwa membangun Indonesia dari desa," kata Firman.

Firman mengatakan pembangunan dari desa merupakan fundamental dasar. Ia kemudian menyinggung soal negara sosial-komunis seperti China hingga Vietnam yang lebih maju dari Indonesia.

"Ini adalah sangat fundamental karena kalau kita bicara di negara-negara sosialis komunis yang dulu itu kita menjadi musuh bersama, bahkan sekarang China, Rusia, bahkan Vietnam, Thailand, yang menganut aliran komunis, itu maju sejahtera. Kita punya ideologi Pancasila ketinggalan jauh nih. Ini mohon maaf ini, ini fakta yang kita sampaikan," kata Firman.

Firman mengatakan Indonesia saat ini ketinggalan jauh dari negara tersebut. Ia berharap RUU BPIP bisa membawa RI menjadi negara adidaya.

"China majunya luar biasa. Habib yang saya hormati, tahun '90 saya pernah berkunjung ke China, itu belum ada apa-apa, Bib. Tapi, setelah kita masuk di Guangzhou, itu udah kayak di Eropa, jauh ketinggalan kita teknologi sedemikian rupa. Hampir sekarang ini mobil listrik yang canggih-canggih semua dari China semua, ini juga persoalan yang serius," katanya.

Firman juga menyinggung soal digitalisasi di Indonesia yang realisasinya belum sesuai target. Firman mengatakan lebih memilih anak sekolah menggunakan buku konvensional dibandingkan digitalisasi.

"Kami juga menyikapi terhadap perkembangan teknologi, tadi Habib menyampaikan tentang smartphone, ini tujuannya baik menciptakan untuk membangun komunikasi, tapi kalau alat ini salah menggunakannya yang ditonton adalah malah hal-hal yang negatif. Oleh karena itu saya kemarin diskusi dengan salah seorang pakar saya belum setuju kalau anak anak sekolah itu diwajibkan digitalisasi," kata Firman.

"Saya ingin mengembalikan kepada buku konvensional, karena apa? kalau digitalisasi belum tentu rakyat itu masyarakat memiliki ini (smartphone) dan kalau memiliki ini yang dilihat bukan pelajaran, tapi yang dilihat adalah mereka buka situs-situs atau buka web-web yang isinya nggak karu-karuan," imbuhnya.

Tonton juga video "Anggota Baleg DPR: UU PPRT akan Jadi Penebus Dosa Negara-Pemerintah" di sini:

(dwr/maa)


Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |