PAPUA - Di tengah sunyi dan sejuknya pegunungan Kampung Wunggi, Distrik Mage’abume, tersimpan kisah luar biasa tentang ketangguhan para ibu, peluh para petani, dan kasih para prajurit TNI. Hari itu, bukan hanya hasil kebun yang mereka bawa, tapi juga cerita perjuangan yang menggugah hati siapa pun yang mendengarnya. Minggu 4 Mei, 2025.
Adalah Mama Desmina (60) dan Mama Pindena (55) dua pejuang kehidupan dari Wunggi yang meski tubuh mereka digerogoti sakit, tetap memikul semangat besar demi keluarga. Mama Desmina melawan rematik, sementara Mama Pindena melangkah walau kakinya terkilir. Dalam kesakitan, mereka menuruni lereng curam, membawa hasil kebun ke Pos Pintu Jawa, tempat para prajurit Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti bertugas dengan hati.
Namun sesampainya di pos, mereka tidak hanya menjual hasil tani. Mereka mendapat lebih: pelukan kemanusiaan, perhatian medis, dan rasa aman dari saudara berseragam loreng. Danpos Letda Inf Risal, dengan ketulusan dan kesigapan, memberikan pertolongan dan membalas senyum dengan pelayanannya.
“TNI bukan hanya menjaga, tapi juga merawat kami. Mereka beli hasil kebun, mereka obati luka kami. Mereka keluarga kami, ” ucap Mama Desmina dengan mata basah oleh haru.
Di pos sederhana itulah terjalin persaudaraan tanpa syarat. Tak ada pangkat, tak ada jarak. Hanya manusia dengan hati yang saling menjaga.
Komandan Satgas Yonif 700/WYC, Letkol Inf Risal, menegaskan bahwa pengabdian sejati TNI tak pernah berhenti pada garis batas atau senjata. Tapi menjalar hingga lahan-lahan pertanian, dapur warga, dan ruang-ruang sakit yang menanti harapan.
Kisah menginspirasi ini sampai pula ke telinga Pangkoops Habema Mayjen TNI Lucky Avianto, yang dengan bangga menyampaikan:
“Prajurit kami bukan hanya penjaga tapal batas, tetapi penopang harapan rakyat. Kisah Wunggi adalah bukti bahwa kemanunggalan TNI dan rakyat bukan jargon, tapi napas dari setiap langkah pengabdian.”
Dari Wunggi, kita belajar bahwa keberanian bukan hanya milik mereka yang membawa senjata, tapi juga milik para ibu yang berjalan dengan rasa sakit demi sesuap nasi. Di balik baju loreng dan senyum lelah, TNI hadir sebagai pelindung, saudara, dan penguat kehidupan.
Kisah ini bukan sekadar berita. Ini adalah potret nyata pengabdian, cinta, dan kekuatan tak terlihat dari Tanah Papua.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono