Kisah Pilu Seorang Pasien asal Aceh Teteskan Air Mata di RSUD Latopas Tanpa Sanak Keluarga, Edy: Ada 3 Perawat Patut Kita Apresiasi

7 hours ago 3

JENEPONTO, SULSEL - Tak terasa air mata pasien Nazril (56) jatuh membasahi pipinya saat mendapat perawatan medis di ruang perawatan bedah Lontara 4 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lanto Daeng Pasewang (Latopas) Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Selsel).

Pasien yang diketahui warga Jurong Lhok Panglima, Kelurahan Kuta Barat, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang Provinsi Aceh ini, mengaku tidak punya sanak keluarga di Jeneponto sehingga tak satu orang pun yang menjaganya di rumah sakit tersebut.

Namun, Nazril tak membuatnya bekecil hati. Ia kagum karena dirinya mendapat perlakukan baik dan dilayani dengan sepenuh hati oleh ketiga perawat di rumah sakit Latopas layaknya seorang anak kepada orang tua.

Ketiga perawat di perawatan bedah itu, yakni. Nurhidayat, S.Kep, Ns, Sartini, S.Amd, Kep dan Ruslan Amd, Kep yang saling bergantian memberikan pelayanan yang sama kepada Nazril.

Nazril mengaku bahwa ketiganya memiliki kepedulian dan rasa empati. Mereka tidak hanya menjalankan tugas secara mekanis, tetapi juga memahami kebutuhannya, memberikan perhatian yang tulus dan membantu pasien mengatasi masalahnya.

Ia juga mengaku merasa cukup tenang dan nyaman selama kurang lebih beberapa hari dirawat tanpa dibebani biaya untuk kebutuhan hari-harinya.

"Jujur aja ya pak, saya tidak punya keluarga disini, tapi saya merasa ada keluarga karena perawatnya baik sekali sama saya. Saya dilayani dengan sepenuh hati oleh perawatnya dan diperlakukan dengan baik, " ucap Nazril dengan mata berkaca di temui di ruang perawatan bedah lontara 4, Jumat (25/4/2025).

Di ruang perawatan bedah, sembari tak bisa berbuat banyak. Melainkan, memikirkan keluarganya di Aceh dan kesembuhan penyakit gula yang sudah lama dideritanya dengan kaki terluka pada bagian sebelah kanan.

Mendengar kisah keluhnya ini, salah satu dari perawat itu menghubungi salah seorang pemuda pemerhati di Tamalatea, Edy Subarga. Sapaan Edy dengan jiwa sosialnya langsung ke RSUD Latopas menemui pasien tersebut.

Edy menceritakan kisah pilu Nazril (pasien) bahwa waktu itu, Nazril ikut di salah satu buruh Nelayan dari Makassar dan tak kunjung pulang ke tempat asalnya di Aceh sehingga terpaksa tinggal di rumah salah seorang buruh kapal di Makassar.

"Jadi lama di Makassar dan tinggal di rumah buruh kapal itu bernama Zulkifli. Ini Zulkifli kebetulan orang Jeneponto dan kesehariannya juga tukang ojek di Makassar, " cetusnya. 

Di Makassar, lanjut Edy, Nazril sedang sakit dengan kondisi ekomominya cukup memprihatinkan sehingga Zulkifli merasa iba dan menawari Nazril agar berobat di Jeneponto.

"Jadi ini yang tukang ojek ka merasa kasihan melihat kondisi Nazril yang tengah sakti sehingga nabawa ke Jeneponto dan tinggal sementara di rumahnya di Dusun Bantaulu, Desa Sapanang, " katanya.

"Zulkifli ini ada keluarganya perawat di RSUD Latopas sehingga minta tolong agar dibawa ke rumah sakit karena ada ji BPJS-nya, " kata Edy lagi. 

Di rumah sakit itu, Nazril (pasien) penuh harap jika kondisinya sudah membaik ingin pulang bertemu anaknya di kota Medan. Hanya saja, kata Edy Nazril terkendala akomodasi yang membutuhkan biaya kisaran Rp.4-5 juta rupiah untuk sampai ke Kota Medan, Sumatera Utara. 

"Jadi saya jalan kak bersama teman-teman galang dana untuk bapak Nazril dan alhamdulillah kami kumpulkan uang kurang lebih empat juta rupiah. Itu untuk beli tiket dan makan di jalan kodong kak, " ucap Edy terlihat iba. 

Lebih jauh, Edy selaku yang mewakili Nazril menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para dermawan dan pemerintah Kabupaten Jeneponto atas sumbangsih dan perhatiannya terhadap sesama.

"Kami juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak RSUD Latopas. Dan lebih terkhusus kepada bapak Zulkifli yang telah membawa Nazril ke Jeneponto berobat. Kemudian juga kak ada 3 perawat RSUD patut kita apresiasi, " pungkasnya. (*)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |