JPPI Temukan 6.452 Siswa Keracunan MBG: Kenaikannya Sangat Tajam

2 hours ago 2

Jakarta -

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Charles Honoris, menyoroti temuan kasus keracunan dari Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia khawatir bertambahnya angka dugaan keracunan MBG membuat orang tua tak mengizinkan sang anak untuk mengonsumsi MBG ke depannya.

Mulanya Koordinator Nasional JPPI (Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia), Ubaid Matraji, mengatakan ada temuan 6.452 angka keracunan akibat MBG dalam rapat di DPR RI. Adapun angka ini termasuk penambahan 1.092 kasus per 21 September 2025.

"Laporan dari kawan-kawan yang kita sebar di beberapa provinsi. Jadi per 14 September kemarin, kami juga merilis ke media itu sudah di angka 5.360, lalu kemudian per 21 September kemarin, kita bikin PPT ini kita collect data lagi ternyata sudah tambah 1.092 kasus," kata Ubaid dalam RDPU Komisi IX DPR RI, Senin (22/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ubaid mengatakan angka ini pernah turun di periode Juni 2025 lantaran masih ada penerimaan murid baru atau sekolah libur. Pihaknya menyebutkan grafik keracunan naik di Agustus mencapai ribuan kasus.

"Itu peningkatannya bisa kelihatan pernah turun juga itu di bulan Juni turun karena memang sekolah bulan Juni-Juli itu masih SPMB atau PPDB ya sehingga angkanya kecil," ujar Ubaid.

"Tapi begitu sekolah sudah masuk bulan Juli masuk kemudian Agustus SPPG dan September ini digeber MBG-nya maka naiknya angkanya gila-gilaan ya ribuan. Saya tidak tahu kalau kejadian semacam ini apakah sudah ada indikator ini KLB (kejadian luar biasa) peningkatannya itu sangat tajam sekali," ungkapnya.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris menyikapi data yang didapat dari JPPI. Legislator PDIP ini khawatir angka tersebut membuat orang tua takut mengizinkan sang anak mengonsumsi MBG.

"Saya jujur khawatir, saya sangat khawatir sudah atau akan muncul ketakutan di antara orang tua murid untuk mengizinkan anak anaknya mengonsumsi MBG di sekolahnya," ujar Charles dalam rapat.

Ia meyakini angka yang disebutkan JPPI bukan yang resmi dilaporkan. Ia menyinggung temuan keracunan MBG di Jakarta Utara tehadap 79 anak yang tidak muncul ke publik.

"Sudah pasti ini under reported karena contoh di Jakarta saja satu minggu yang lalu, ada kejadian di Jakarta utara di Kelurahan Lagoa yang tidak muncul di media, ada 79 anak yang juga menjadi korban keracunan makanan. Dan saya yakin di tempat-tempat lain juga serupa, mungkin di kabupaten lain, provinsi lain, kejadian keracunan tapi tidak diliput media," ungkap Charles.

Ia mengatakan, jika kasus keracunan MBG sudah terjadi di banyak titik, kesalahan ada pada sistem. Charles berharap temuan itu untuk ditindaklanjuti BGN.

"Nah, saya ingin menggarisbawahi tadi yang sudah disampaikan juga bahwa ketika hal ini terjadi di banyak titik, maka kesalahan kemungkinan bukan ada di SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi), tetapi masalah di sistem ya," imbuhnya.

(dwr/lir)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |