Fenomena Pemicu Hujan Lebat dan Prospek Cuaca hingga 6 November

8 hours ago 3

Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat masih akan terjadi di sejumlah wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan, mulai 31 Oktober hingga 6 November 2025. Kondisi ini dipicu oleh aktivitas sejumlah fenomena atmosfer yang masih cukup aktif di wilayah tropis Indonesia.

"Pada sepekan terakhir, cuaca Indonesia didominasi oleh hujan dengan intensitas sedang hingga ekstrem yang memicu sejumlah bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor. BMKG mencatat dalam beberapa hari terakhir, curah hujan sangat lebat hingga ekstrem telah melanda beberapa daerah," tulis akun resmi BMKG (Instagram @infobmkg), Jumat (31/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena Atmosfer yang Picu Cuaca Ekstrem

BMKG menjelaskan bahwa beberapa faktor atmosfer berperan besar terhadap meningkatnya curah hujan di Indonesia. Di antaranya adalah:

  • Aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby Ekuator, dan Gelombang Kelvin yang tengah melintas di wilayah Indonesia. Fenomena-fenomena ini berkontribusi pada peningkatan pembentukan awan hujan di berbagai daerah.
  • Nilai negatif pada Indian Ocean Dipole (IOD) serta nilai positif pada Southern Oscillation Index (SOI) juga memperkuat suplai uap air dari Samudra Hindia dan Samudra Pasifik menuju wilayah Indonesia. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan awan konvektif lebih intens, sehingga meningkatkan potensi hujan lebat di sejumlah wilayah.
  • Adanya dorongan massa udara kering dari Belahan Bumi Selatan (BBS) serta pembentukan sirkulasi siklonik di sekitar wilayah Indonesia yang menimbulkan perlambatan dan pertemuan angin, turut memperkuat peluang terbentuknya cuaca ekstrem.

Dinamika Atmosfer pada 31 Oktober-6 November

Dalam periode 31 Oktober hingga 6 November 2025, BMKG memantau dinamika atmosfer yang cukup kompleks. Nilai Dipole Mode tercatat negatif (-1.61), menandakan pemanasan di Samudra Hindia bagian timur yang meningkatkan suplai uap air menuju Indonesia bagian barat. Sementara SOI positif (+10.1) menunjukkan peningkatan pasokan uap air dari Samudra Pasifik.

Aktivitas MJO fase 5 terpantau aktif di sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua bagian barat. Gelombang Rossby Ekuator juga diprediksi aktif di wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi utara, dan Maluku Utara. Selain itu, bibit siklon tropis 98W yang terpantau di Samudra Pasifik turut membentuk daerah perlambatan angin di sekitar Kalimantan Tengah hingga Laut Cina Selatan.

BMKG menegaskan, kombinasi berbagai faktor ini dapat memicu cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai kilat, petir, angin kencang, dan gelombang laut tinggi di sejumlah wilayah Indonesia sepanjang pekan pertama November.

Peringatan Dini dan Imbauan untuk Masyarakat

Berdasarkan prospek cuaca BMKG, wilayah yang berpotensi mengalami hujan sedang (Waspada) pada periode 31 Oktober-6 November 2025 meliputi sebagian besar Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Sementara itu, wilayah Siaga (Hujan Lebat-Sangat Lebat) meliputi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan. Selain hujan, potensi angin kencang diprediksi terjadi di Aceh, Sumatra Utara, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara.

BMKG mengingatkan bahwa kondisi cuaca dapat berubah dengan cepat, sehingga masyarakat disarankan untuk rutin memantau pembaruan prakiraan melalui kanal resmi BMKG. Selain itu, untuk menghadapi potensi cuaca ekstrem, masyarakat diimbau untuk:

  • Siaga terhadap hujan lebat disertai petir dan angin kencang;
  • Menjauhi wilayah terbuka serta pohon atau bangunan rapuh saat hujan deras;
  • Menjaga kondisi tubuh agar terhindar dari kelelahan dan dehidrasi;
  • Mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor;
  • Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG.

BMKG menegaskan bahwa aktivitas atmosfer yang masih aktif berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia hingga awal November. Kewaspadaan masyarakat dan kesiapan menghadapi kondisi cuaca menjadi kunci untuk mengurangi risiko dampak bencana.

(wia/imk)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |