Di Kongres Astana, Presiden Kazakhstan Singgung Perang Nuklir-Perubahan Iklim

3 hours ago 1
Jakarta -

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menyoroti sejumlah isu dalam pidatonya di VIII Congress of Leaders of World and Traditional Religions. Tokayev menyebut dunia saat ini makin dipenuhi konflik militer dan potensi perang nuklir di masa depan.

Adapun Congress of Leaders of World and Traditional Religions merupakan kongres tiga tahun sekali yang diinisiasi pemerintah Kazakhstan. Di gelaran kedelapannya tahun ini, kongres mengusung tema 'Dialogue of Religions: Synergy for the Future'.

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev (Yogi Ernes/detikcom)Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev saat berpidato dalam acara Congress of Leaders of World and Traditional Religions. (Yogi Ernes/detikcom)

Di awal pidatonya, Tokayev mengapresiasi para pemuka agama yang telah hadir di Kazakhstan untuk mengikuti kongres. Dia mengatakan peran pemimpin agama saat ini makin dibutuhkan dalam menjaga perdamaian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalian dapat disebut duta dunia, bertindak di bawah panji humanisme. Disatukan oleh kepentingan bersama, kalian berjuang untuk mengarahkan umat manusia menuju pencapaian tujuan-tujuan yang baik. Saya mengucapkan terima kasih yang tulus untuk ini," kata Tokayev di Palace of Independence, Astana, Kazakhstan, Rabu (17/9/2025).

Tokayev menyebut Kazakhstan telah memiliki riwayat panjang dalam menjaga persatuan di tengah keragaman budaya negaranya. Dia mengatakan semangat menjaga perdamaian tercermin dalam kebijakan luar negeri Kazakhstan yang mengutamakan dialog dan kerja sama.

"Saya yakin bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal ini penting bagi semua bangsa dan negara," tegas Tokayev.

Menurut Tokayev, dunia kini terancam dalam konflik baru mulai dari perang dagang dan sanksi ekonomi. Dia juga menyinggung potensi perang nuklir yang bisa terjadi di masa depan.

"Risiko konflik nuklir sangat mengkhawatirkan, dan kemungkinan terjadinya Armageddon seperti itu dinilai oleh para ahli sebagai yang tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Sayangnya, alih-alih inisiatif konstruktif dan kebijakan pelonggaran, pemikiran konfrontatif semakin menguat, perpecahan geopolitik semakin meluas, dan ketegangan sosial semakin meningkat," tutur Tokayev.

"Dalam realitas yang sulit ini, diplomasi konstruktif harus menjadi yang utama sebagai alat utama untuk mengembangkan dialog, mengatasi keterasingan timbal balik, dan meningkatkan kepercayaan di arena internasional, tegasnya.

Dia menilai pemuka agama kini dituntut memainkan peran lebih besar dalam menjaga perdamaian. Dia berharap lebih banyak dialog yang dilakukan dibandingkan benturan militer.

"Saya yakin, para pemimpin agama akan melakukan segala yang mungkin untuk mencegah dunia terjerumus ke dalam kekacauan, dengan mengingatkan banyak politisi tentang akal sehat, niat baik, dan tanggung jawab moral," katanya.

Tokayev juga menyebut sejumlah contoh nyata dari peran pemuka agama dalam menjaga perdamaian dunia. Salah satunya lewat beragam pertemuan yang menghasilkan kesepakatan dalam memelihara persatuan mulai dari Kongres Pemimpin Agama-Agama Dunia dan Tradisional, Dokumen Persaudaraan Manusia, Deklarasi Makkah, Forum Bahrain, Rumah Keluarga Abraham di Uni Emirat Arab.

"Semua inisiatif ini menunjukkan bahwa agama menjadi kekuatan pemersatu yang kuat ketika kita bertindak bersama. Pengalaman seperti ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan," katanya.

Isu perubahan iklim juga menjadi hal yang disinggung oleh Tokayev dalam pidatonya. Menurutnya, perubahan iklim dan dampaknya yang merusak bukanlah sekadar masalah ilmiah atau ekonomi, melainkan tantangan moral yang mendasar.

"Dalam menghadapi potensi bencana lingkungan, sangatlah penting untuk memperkuat persatuan internasional dan koordinasi upaya di tingkat global dan regional. Oleh karena itu, saya mengusulkan agar dalam Kongres ini dibahas inisiatif untuk menyusun dokumen bersama tentang peran para pemimpin agama dalam memerangi perubahan iklim," jelas Tokayev.

"Dokumen tersebut dapat memuat prinsip-prinsip umum tanggung jawab ekologis yang didasarkan pada tradisi spiritual dengan penekanan khusus pada dukungan terhadap daerah-daerah yang rentan," sambungnya.

Di akhir pidatonya, Tokayev kembali mengingatkan semangat berdirinya kongres pemuka agama di Astana. Dia berharap para pemimpin agama tetap memiliki komitmen dalam menjaga perdamaian dunia.

"Kita sudah berkumpul di Astana untuk kedelapan kalinya. Hal ini menunjukkan aspirasi bersama para pemimpin agama dan menegaskan kesiapan mereka untuk bersama-sama menghadapi ancaman yang dihadapi seluruh umat manusia. Semoga suasana saling menghormati dan persahabatan yang tercipta di sini membawa seluruh dunia menuju keselarasan," ujar Tokayev.

(ygs/fca)


Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |