Di Lantai VI Mal Pelayanan Publik Barru, pagi itu terasa berbeda. Satu per satu bidan datang, menyimpan senyum dan semangat di balik seragam mereka. Di hadapannya, Penjabat Sekda Kabupaten Barru, Abu Bakar, membuka Musyawarah Cabang (Muscab) VIII IBI, membawa titipan salam dari Bupati dan Wakil Bupati—salam hormat, bangga, dan bahagia.
Namun, Abu Bakar tak hanya datang sebagai pejabat. Ia datang pula sebagai suami dari seorang bidan. Ia bercerita tentang sunyi desa, tentang perjalanan panjang mendampingi sang istri menyentuh kehidupan dari balik dinding rumah-rumah sederhana. “Saya tahu lelahnya, ” ucapnya. “Saya tahu sunyinya.”
Dua pesan ia titipkan dalam Muscab ini. Pertama, pentingnya mengevaluasi perjalanan organisasi dengan jujur—bukan untuk menyalahkan, tapi untuk memperbaiki. “Jangan terima laporan tanpa tanya, ” katanya. “Kritik bukan luka, tapi cahaya.”
Kedua, ia menegaskan pentingnya menyusun program kerja yang nyata dan menjawab tantangan zaman. Jangan hanya sibuk dengan struktur, tapi lupa dengan ruh perjuangan.
Di akhir, ia bicara tentang masa depan. Tentang desa-desa yang akan menjadi pusat pelayanan kesehatan, dengan bidan sebagai penjaga gerbang pertama. Ia berharap IBI tak hanya besar dalam nama, tapi kuat dalam karya.
"Jaga sinergi, jaga silaturahmi. Karena kesehatan bukan hanya soal medis—ia juga soal kemanusiaan, " pungkaanya