Dampak Bahaya Mikroplastik bagi Tubuh dan Upaya Pencegahannya

7 hours ago 3

Jakarta -

Penemuan kandungan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta menjadi sorotan belakangan ini. Temuan tersebut memunculkan kekhawatiran soal sejauh mana partikel plastik telah menyebar di lingkungan dan potensi risikonya bagi kesehatan manusia.

Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap, partikel plastik berukuran sangat kecil itu terbawa angin dan jatuh kembali ke bumi bersama air hujan di wilayah Jakarta. Menurut BRIN, partikel ini berasal dari berbagai aktivitas manusia sehari-hari.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai fenomena ini serta mulai menerapkan langkah pencegahan dalam aktivitas sehari-hari. Melalui laman resminya, Kemenkes pun menjelaskan dampak mikroplastik bagi tubuh manusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mikroplastik Turun Bersama Air Hujan

Dalam laporan resmi Kemenkes RI yang merujuk penelitian BRIN, disebutkan bahwa mikroplastik kini tak hanya ditemukan di laut atau makanan, tetapi juga di air hujan. Peneliti BRIN menjelaskan partikel plastik berukuran mikroskopis itu telah terbawa ke atmosfer dan kembali ke darat melalui presipitasi hujan.

Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter hingga satu mikrometer. Karena ukurannya sangat kecil dan sulit terurai, partikel ini bisa bertahan lama di lingkungan serta berpindah dari udara ke tanah, hingga ke air.

Secara umum, mikroplastik terbagi menjadi dua jenis. Pertama, mikroplastik primer, yakni partikel yang sejak awal berukuran kecil seperti microbeads dalam produk kosmetik dan pembersih. Kedua, mikroplastik sekunder, yang berasal dari pecahan plastik berukuran besar seperti kantong plastik, botol minum, atau jaring nelayan.

"Plastik yang hancur di darat atau laut bisa terangkat angin, terbawa ke atmosfer, lalu turun kembali bersama hujan," ungkap BRIN sebagaimana dikutip dalam penjelasan Kemenkes RI (30/10/2025).

Dampak Mikroplastik bagi Tubuh Manusia

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, menegaskan bahwa keberadaan mikroplastik di air hujan tidak berarti air hujan langsung berbahaya bagi kesehatan. Namun fenomena ini menjadi sinyal penting bahwa partikel plastik telah menyebar sangat luas di lingkungan.

"Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita," ujar Aji seperti dilansir laman resmi Kemenkes RI.

Menurut berbagai penelitian, manusia dapat terpapar mikroplastik melalui dua jalur utama, yaitu melalui makanan dan minuman (seperti garam, seafood, dan air minum dalam kemasan) serta melalui udara, karena serat sintetis dari pakaian atau debu perkotaan bisa terhirup. Paparan jangka panjang dalam jumlah besar dapat berpotensi memicu peradangan jaringan tubuh.

Selain itu, bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates yang menempel di mikroplastik diketahui dapat mengganggu sistem hormon, reproduksi, dan perkembangan janin. Meski begitu, hingga kini belum ada bukti ilmiah kuat bahwa mikroplastik secara langsung menyebabkan penyakit tertentu.

Langkah Pencegahan dari Mikroplastik

Sebagai langkah pencegahan, Kemenkes RI mengimbau masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan menjaga kebersihan lingkungan. Aji juga mengingatkan agar tidak membakar sampah plastik karena dapat menghasilkan partikel mikroplastik yang mencemari udara.

"Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan. Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik," katanya.

Selain itu, masyarakat disarankan membawa botol minum isi ulang, menggunakan tas belanja non-plastik, serta ikut memilah sampah. Langkah sederhana ini berperan besar dalam menekan jumlah plastik di lingkungan dan mencegah terbentuknya lebih banyak mikroplastik di masa depan.

(wia/imk)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |