Banjir Bali, Anggota Komisi VIII DPR: Tak Bisa Lagi Salahkan Curah Hujan

4 hours ago 4

Jakarta -

Anggota Komisi VIII DPR RI, Maman Imanulhaq, menyampaikan dukacita atas banjir bandang yang terjadi di Bali. Maman mendesak adanya langkah konkret pemerintah untuk memperkuat sistem mitigasi bencana dan perlindungan sosial bagi masyarakat terdampak.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kami sampaikan keprihatinan atas bencana alam yang terjadi di Bali dan dukacita mendalam atas jatuhnya korban dalam musibah tersebut," kata Maman dalam keterangannya, Kamis (11/9/2025).

"Kita tidak bisa lagi hanya menyalahkan curah hujan ekstrem. Banjir Bali adalah alarm keras bahwa sistem mitigasi, kesiapsiagaan, serta perlindungan sosial kita masih lemah dan jauh dari kata ideal," sambung dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Legislator yang bermitra dengan BNPB ini menyebut bencana banjir Bali bukan hanya akibat fenomena alam. Dia mengungkit soal kegagalan tata kelola risiko bencana.

Maman lantas menyoroti masih minimnya sistem peringatan dini, keterbatasan kesiapan sarana evakuasi, dan lemahnya koordinasi lintas sektor dalam penanganan bencana. Akibatnya, kata dia, masyarakat menjadi pihak yang paling dirugikan.

"Bencana ini terjadi di pusat destinasi wisata dunia, tetapi masyarakatnya justru tidak terlindungi secara memadai. Situasi ini memperlihatkan lemahnya integrasi antara kebijakan pembangunan dengan pengurangan risiko bencana," jelasnya.

Dia pun meminta pemerintah melakukan pemetaan ulang kawasan rawan banjir dan bencana hidrometeorologi di Bali. Selain itu, perlu adanya penguatan sistem peringatan dini berbasis komunitas.

"Percepat distribusi bantuan sosial dan kompensasi bagi warga terdampak, terutama pedagang kecil dan keluarga miskin. Lalu sediakan layanan pemulihan psikososial bagi korban yang kehilangan keluarga maupun mata pencaharian," ungkapnya.

"Dan integrasikan program penanggulangan bencana dengan perlindungan sosial agar masyarakat tidak semakin terbebani akibat bencana," imbuh dia.

Dia juga mengingatkan pemerintah daerah serius memperhatikan aspek pencegahan dengan melibatkan masyarakat. Khususnya, dalam perencanaan penanggulangan bencana.

"Bali adalah wajah Indonesia di mata dunia. Jika bencana yang berulang terus dibiarkan tanpa mitigasi dan perlindungan yang kuat, maka bukan hanya rakyat yang menderita, tetapi juga wibawa bangsa dipertaruhkan," tuturnya.

Banjir di Bali menyebabkan 14 orang tewas. BPBD Bali mencatat 120 titik banjir melanda tujuh kabupaten/kota di Bali. Rinciannya, Denpasar sebanyak 81 titik banjir, Gianyar 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan delapan titik. Kemudian, Karangasem dan Jembrana masing-masing empat titik dan Klungkung satu titik.

"Data sementara per Kamis, 11 September 2025 pukul 11.00 WIB, total korban meninggal meninggal dunia yang sudah ditemukan berjumlah 14 jiwa," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dilansir detikBali, Kamis (11/9).

(amw/gbr)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |