Jakarta -
Sebanyak 11 warga negara asing (WNA) asal China menjadikan rumah mewah di Lebak Bulus, Jakarta Selatan (Jaksel), sebagai markas sindikat penipuan online atau online scam. Polisi menyebut mereka tak kooperatif dan bungkam saat ditangkap.
"Nah, terkait dengan hal itu (minta uang atau tidak dalam aksi penipuan) kita memang terkendala dengan bahasa. Itu yang pertama. Karena mereka mengaku mereka tidak bisa berbahasa Indonesia maupun berbahasa Inggris. Dan tidak kooperatif mereka gerakan tutup mulut," ujar Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Nicolas Ary Lilipaly kepada wartawan di lokasi, Rabu (30/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nicolas menyampaikan 11 WNA juga menghilangkan identitasnya. Diduga, dalam hal ini WNA tersebut sengaja untuk tutup mulut setelah ditangkap.
"Dari pihak orang-orang yang dicurigai ini memang punya gerakan tutup mulut yang sudah memang jaringannya, namanya juga jaringan internasional. Yang pasti kalau ditangkap ini identitasnya dihilangkan semua," ucapnya.
Polisi masih menyelidiki terkait ada atau tidaknya korban WNI. Diduga WNA tersebut melakukan aksi penipuan terhadap korban sesama warga China.
"Untuk korban di Indonesia kan belum terdeteksi. Kalau korban di sana, itulah harus kita sampaikan ke Kepolisian Internasional, Interpol yang punya hak itu, dan Kedutaan China. Kan kita menduga bahwa mereka-mereka ini berasal dari warga negara Tiongkok atau China," jelasnya.
"Maka untuk lintas internasional itu kan bukan wewenang pihak Kepolisian Resort Jakarta Selatan, itu wewenang dari Interpol," tambahnya.
Nicolas menyebut pihaknya telah berkoordinasi dengan Interpol Indonesia mengenai kasus yang melibatkan sebelas WN China tersebut.
"Tapi kami sudah koordinasi dengan pihak Interpol Indonesia untuk mereka melakukan tindakan-tindakan lanjutan terkait dengan kesebelas orang tersebut," tuturnya.
Modus Pura-pura Jadi Polisi China
Diketahui mereka menipu sesama warga China di negaranya dengan berpura-pura menjadi polisi yang tengah melakukan investigasi kejahatan ekonomi.
"Ini dugaan kecurigaan kami, mereka itu berperan seakan-akan sebagai cabang Distrik Wuchang Wuhan. Dia menelepon korbannya dia bilang mereka dari Detasemen Investigasi. Jadi mereka menggunakan media elektronik, media online untuk menelepon korbannya," ungkapnya.
Sebelas WNA itu mengaku berasal dari Kepolisian Cabang Distrik Wuchang Wuhan Detasemen Investigasi Ekonomi. Mereka melakukan video call dan berpura-pura menjadi polisi.
"Selanjutnya mereka mengaku berasal dari Kepolisian Cabang Distrik Wuchang Wuhan Detasemen Investigasi Ekonomi dan mereka video call dengan menggunakan seragam polisi. Mereka menggunakan seragam polisi yang dari Wuchang Wuhan. Jadi itu modus yang mereka lakukan," jelasnya.
(fca/fca)