Wujudkan Indonesia Emas 2045, HNW Ajak Generasi Muda Amalkan 4 Pilar MPR

6 hours ago 3

Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam mengawal dan mengamalkan nilai-nilai Empat Pilar MPR RI, yakni Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Ia pun menekankan perlunya pemahaman yang baik dan benar terhadap keempat pilar tersebut sebagaimana telah dicontohkan para pendiri bangsa guna mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.

Hal ini disampaikannya dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang diselenggarakan MPR RI dan DPP IMM DKI Jakarta. Mengusung tema 'Mempersiapkan SDM Unggul Menyongsong Indonesia Emas 2045', acara digelar di Aula FEB Uhamka Pasar Rebo, Jakarta Timur pada Minggu (19/10)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam paparannya, HNW juga mengingatkan Muhammadiyah telah selesai dalam perdebatan dikotomi antara Kemuhammadiyahan dan Keindonesiaan.

"Muhammadiyah memandang Indonesia sebagai 'Darul Ahdi wa Syahadah' (Negara Perjanjian dan Negara Kesaksian). Artinya, tidak ada lagi keraguan. Tugas kita, para pemuda dan mahasiswa Muhammadiyah, adalah melanjutkan dan menjaga perjanjian ini, serta memberikan kesaksian (syahadah)," ujar HNW dalam keterangannya, Kamis (23/10/2025).

Pada kesempatan ini, HNW juga menjelaskan dua poin penting yang harus dipegang oleh Gen-Z, khususnya IMM, yakni menjaga perjanjian dan kesaksian. Dalam hal ini, generasi muda harus berada di garda terdepan untuk memahami, melaksanakan dan menjaga Empat Pilar MPR RI.

Generasi muda juga diharapkan dapat mengingatkan masyarakat dan penyelenggara negara bila terjadi penyimpangan dari kesepakatan dasar. Dengan begitu, semua pihak dapat kembali ke jalan kebenaran berbangsa dan bernegara. HWN pun menekankan pentingnya peran kesaksian, terutama ketika terjadi penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila.

Tidak hanya itu, HNW juga menyoroti potensi ancaman jika penyimpangan dalam menerapkan Pancasila dibiarkan, seperti halnya mengaku ketuhanan yang Maha Esa, tetapi anti-agama. Kemudian, mengaku berkemanusiaan yang adil dan beradab, tetapi membiarkan hukum tidak manusiawi dan perilaku tidak beradab.

Selain itu, mengakui persatuan Indonesia, tetapi justru memecah belah anak bangsa antara yang kebangsaan dan keagamaan. Selanjutnya, mengaku mendukung kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, tetapi didominasi oleh sikap pendiktean dan pengabaian musyawarah. Terakhir mengaku mendorong keadilan sosial, tetapi orientasinya hanya untuk kelompoknya saja atau oligarki tertentu.

"Jika penyimpangan ini dibiarkan, kita akan sulit membayangkan Indonesia Emas 2045. Yang muncul justru adalah kecemasan dan kelemahan, yang tidak akan menghadirkan keemasan," tegasnya.

Mengoreksi Framing Gen Z

HNW juga menyoroti perlunya mengoreksi framing negatif terhadap Generasi Z yang kerap digambarkan sebagai generasi anti-sosial, anti-proses, dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Menurutnya, pelabelan ini tendensius dan tidak hanya kontraproduktif tapi juga berpotensi mengabaikan potensi besar yang dimiliki anak muda masa kini.

"Itu adalah framing yang tidak benar dan bertentangan dengan konsep Darul Ahdi wa Syahadah yang sudah diputuskan oleh Muhammadiyah. Buktinya, kawan-kawan IMM ini menunjukkan dedikasi gen Z yang luar biasa. Mereka sejak beberapa hari ini aktif dalam berbagai kegiatan positif dari Jumat pagi hingga Minggu sore. Itu artinya mereka fakta tentang Gen Z yang benar, tidak sebagaimana diframingkab itu," jelasnya.

Ia juga menegaskan Gen Z, seperti dicontohkan oleh IMM, justru menunjukkan kepedulian tinggi terhadap isu-isu sosial, lingkungan, dan kemanusiaan melalui berbagai bentuk kreativitas dan aksi nyata di ruang digital maupun lapangan. Oleh karena itu, HNW mendorong agar masyarakat dan para pemangku kebijakan melihat generasi ini dengan perspektif yang lebih adil dan konstruktif, serta memberi ruang bagi mereka untuk berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa.

HNW juga mendorong mahasiswa untuk meneladani tokoh-tokoh bangsa dari Muhammadiyah yang terlibat langsung dalam perumusan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Mereka adalah Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, MR Kasman Singodimejo, serta Bung Karno yang juga tokoh Muhammadiyah.

"Dengan semangat meneladani para Bapak Bangsa dari Muhammadiyah tersebut, generasi muda, gen Z, termasuk IMM, akan berada di jalan yang benar dalam mempersiapkan dan memposisikan diri untuk menyambut kontribusi terbaik bagi Indonesia Emas 2045, " tutupnya.

(anl/ega)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |