Waka MPR Nilai RI Perlu Hati-hati Sikapi Dampak Ekonomi Global

6 hours ago 2

Jakarta - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menyikapi dinamika ekonomi global yang semakin kompleks. Ia menyebut tantangan ekonomi saat ini tidak bisa dianggap sepele karena menyangkut upaya menyejahterakan rakyat.

"Tantangan dampak ekonomi global saat ini bukan merupakan hal yang mudah. Butuh kehati-hatian dalam menyikapi dinamika ekonomi yang terjadi, agar upaya memajukan kesejahteraan umum yang diamanatkan konstitusi bisa tetap direalisasikan," ujar Lestari dalam keterangannya, Rabu (16/7/2025).

Hal ini dia ungkapkan saat diskusi daring bertema 'BRICS dan Tarif Trump: Tantangan Baru Bagi Ekonomi Indonesia' yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12.

Menurut Lestari, bergabungnya Indonesia dengan organisasi negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) pada tahun lalu, merupakan langkah strategis yang harus mampu membuka sejumlah peluang yang bisa mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Dia berpendapat penting untuk mewujudkan persatuan setiap anak bangsa dalam menyikapi tantangan dampak dinamika ekonomi global yang terjadi saat ini. Berbagai potensi ekonomi lokal juga harus dimanfaatkan sebagai bagian dari solusi menghadapi tantangan.

"Dampak gejolak ekonomi global dapat dihadapi dan dijawab dengan kekuatan bersama setiap anak bangsa dalam membangun ekosistem bisnis yang lebih baik," harapnya.

Sementara itu, Analis Perdagangan Ahli Madya Kemendag RI Freddy Josep Pelawi menjelaskan bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS bisa menjadi peluang untuk mengatasi hambatan perdagangan, seperti pemberlakuan anti-dumping Brasil terhadap baja dan kendala kualitas produk untuk masuk pasar Rusia.

"Indonesia juga punya ruang untuk memperluas ekspor ke Iran karena potensi perdagangan yang masih terbuka," katanya.

Kemudian, Guru Besar FEB UI Prof. Telisa Aulia Falianty menilai keanggotaan BRICS memperkuat posisi tawar Indonesia terhadap dominasi negara-negara G7.

"Presiden Trump tidak suka dengan anggota BRICS karena mengganggu hegemoni AS," ujarnya.

Namun, Telisa mengingatkan pentingnya Indonesia bersikap cermat dalam negosiasi dagang, agar tidak hanya fokus pada sisi perdagangan, tapi juga mempertimbangkan sektor investasi, tenaga kerja, dan arus uang.

"Jangan panik dalam bernegosiasi, jangan sampai hasilnya malah mengorbankan kedaulatan bangsa," tegasnya.

Peneliti Departemen Ekonomi CSIS Riandy Laksono berpendapat perang tarif AS-China telah bergeser dari sekadar isu dagang menjadi strategi mengatur ulang rantai pasok global. Ia menekankan pentingnya memperjelas definisi transhipment dalam perdagangan Indonesia-AS, agar tidak terkena sanksi tambahan seperti kasus di Vietnam.

"Yang dipersoalkan nanti bukan cuma made in China, tapi juga made by China," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua HIMKI Jepara Hidayat Hendra Sasmita mengungkapkan bahwa industri furnitur Jepara mampu bertahan di tengah gejolak global dan mencatat pertumbuhan 9,9% di kuartal pertama 2025, meskipun sempat tertekan akibat ketidakpastian tarif AS.

"Kami tetap optimistis dan terus beradaptasi dengan perubahan pasar," katanya.

Di sisi lain, dosen Psikologi Universitas Pancasila Dr. Silverius Y. Soeharso menyebut perang dagang yang dipicu tarif Trump bukan hanya soal ekonomi, tapi juga soal psikologis.

"Ini adalah perang psikologis yang sedang dimainkan Trump. Jadi kalau kita panik, kita akan kedodoran," ujar Silverius.

Ia juga menyoroti peluang ekonomi lain di luar BRICS, seperti Australia, dan mendorong optimalisasi potensi SDM Indonesia agar bisa mengisi kebutuhan tenaga kerja global.

Wartawan senior Saur Hutabarat menambahkan peluang besar dari BRICS diperkirakan akan terlihat signifikan pada 2045 saat proyeksi GDP negara-negara BRICS melampaui G7. Ia menyarankan agar Indonesia fokus memperbaiki iklim usaha di dalam negeri.

"Kalau kepastian hukum masih seperti sekarang, saya khawatir tak ada investor yang datang," tegasnya.

Sebagai informasi, diskusi itu dimoderatori Dr. Radityo Fajar Arianto, MBA (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR). Diskusi ini menghadirkan Freddy Josep Pelawi SH, LLM (Analis Perdagangan Ahli Madya pada Direktorat Pengamanan Perdagangan, Kementerian Perdagangan RI), Prof Dr. Telisa Aulia Falianty S.E M.E (Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia/FEB UI - Tenaga Profesional Lemhannas RI Bidang Ekonomi), Riandy Laksono (Peneliti Departemen Ekonomi CSIS/Centre for Strategic and International Studies), dan Hidayat Hendra Sasmita (Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia/HIMKI Kab. Jepara).

Simak juga Video: Prabowo Berunding Alot dengan Trump Sebelum Tarif Impor Jadi 19%

(akd/akd)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |