Jakarta -
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menerima audiensi dari Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), Bondan Kanumoyoso dan Ketua Yayasan Lembaga Kajian Heritage Indonesia (YLKHI), Teddy Ichsan Arifin. Pertemuan ini menyoroti upaya pelestarian sejarah proklamasi bangsa melalui instrumen film.
Pada kesempatan ini, Fadli Zon menyampaikan pentingnya kajian sejarah proklamasi yang harus digali kembali. Ia menyebut terdapat catatan sejarah dari berbagai sisi tokoh kebangsaan, seperti Soekarno dan Hatta, yang masih dapat dieksplorasi lebih dalam melalui skenario yang lebih inovatif.
"Banyak cerita yang bisa diangkat seputar sejarah proklamasi bangsa, misalnya tokoh pahlawan, kerajaan, peristiwa sejarah," tutur Fadli dalam keterangan tertulis, Kamis (18/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadli juga menuturkan pentingnya membentuk sumber daya manusia yang mahir dalam penulisan skenario. "Harus ada mata kuliah penulisan skenario, pasti peminatnya banyak," ungkapnya.
Para pertemuan ini, Fadli juga membagikan pengalamannya saat menghadiri diskusi 'Ngobrol Film', yang menghadirkan sejumlah sineas perfilman ternama Tanah Air. Ia pun menekankan film sebagai bagian penting dalam ekspresi budaya Indonesia.
"Saya baru saja menghadiri NGOFI (Ngobrol Film), kita akan membuat lomba penulisan skenario film panjang dan membuka ruang juga agar profesional bisa ikut," jelasnya.
Menanggapi Lomba Naskah Film Rumah Proklamasi inisiasi YLKHI, Fadli mendorong pelibatan Dana Indonesia dalam merealisasikan giat tersebut. Kementerian Kebudayaan melalui program Dana Indonesiana ingin mewujudkan ekosistem budaya yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Indonesia. Dengan berbagai kategori penerima manfaat, penyediaan Dana Indonesiana berupaya mendukung upaya tersebut.
"Kita memiliki Dana Indonesiana, pastikan sudah terdaftar ke dalam program tersebut untuk dapat ditindaklanjuti," paparnya.
Selama diskusi, Fadli juga menyinggung sejarah yang tidak dapat dilepaskan dari peran para edukator museum. Menurutnya, diperlukan edukator museum yang fasih berbahasa asing dan tidak hanya memahami runtutan sejarah tetapi mampu mengembangkannya menjadi sebuah cerita.
"Mereka hadir sebagai jembatan penting yang menghubungkan pengetahuan masa lampau dengan generasi masa kini, sehingga nilai-nilai sejarah dapat dipahami, dihayati, dan diwariskan secara berkelanjutan," katanya.
Fadli berharap kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan dan akademisi dapat menghidupkan upaya pelestarian sejarah bangsa di tengah masyarakat, khususnya generasi muda.
Sementara itu, Bonda mengatakan berangkat dari pentingnya pemahaman dan apresiasi generasi muda terkait sejarah, YLKHI ingin menghidupkan semangat proklamasi melalui film pendek. Dikemas ke dalam Lomba Naskah Film Rumah Proklamasi, daya tarik visual film dianggap lebih menarik bagi generasi muda untuk menyampaikan pesan sejarah secara lebih emosional dan mendalam.
"Kami ingin mendorong anak muda dalam menuangkan idenya. Kita wadahi, kita berikan fasilitas, dan kita berikan pelatihan agar gagasan gagasan-gagasan tersebut memiliki wadahnya," jelas Bondan.
Di sisi lain, Teddy menyampaikan setidaknya ada empat tujuan utama pada Lomba Naskah Film Rumah Proklamasi. "Pertama, mengembangkan bakat penulisan skenario; meningkatkan kualitas skenario bertema sejarah; melibatkan masyarakat dalam pelestarian sejarah; dan mendorong kolaborasi antarpenulis skenario, pelatih ahli, hingga komunitas perfilman," pungkasnya
Sebagai informasi, turut mendampingi Fadli dalam audiensi, yakni Staf Ahli Menteri bidang Ekonomi dan Industri Kebudayaan, Anindita Kusuma Listya; Staf Khusus Menteri bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono; Direktur Sejarah dan Permuseuman, Agus Mulyana; dan sejumlah anggota Yayasan Lembaga Kajian Heritage Indonesia.
(akd/akd)