Puncak Musim Hujan Diperkirakan Mulai November, Waspada Banjir hingga Longsor

10 hours ago 2

Jakarta -

Sebagian besar wilayah Indonesia kini memasuki puncak musim hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi hujan lebat, angin kencang, banjir dan longsor.

Memasuki bulan ini kondisi atmosfer semakin aktif. BMKG mengimbau seluruh pihak memperkuat kesiapsiagaan dan langkah mitigasi sejak dini untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem di berbagai daerah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

43 Persen Wilayah Sudah Musim Hujan

Merujuk laporan resmi BMKG, sekitar 43,8 persen wilayah Indonesia atau 306 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim hujan. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut hujan dengan intensitas sedang hingga lebat melanda sebagian wilayah Jawa bagian barat dan tengah, seperti Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

"Kondisi atmosfer saat ini sangat labil dan kaya uap air akibat aktifnya monsun Asia serta suhu muka laut yang hangat. Ini sinyal kuat agar semua pihak meningkatkan kesiapsiagaan," kata Dwikorita, dikutip dari situs BMKG, Sabtu (1/11/2025).

Puncak Hujan Terjadi November-Februari 2025

BMKG memprakirakan puncak musim hujan terjadi bertahap mulai November 2025 hingga Februari 2026, dengan puncak utama pada Desember 2025-Januari 2026. Curah hujan tinggi berpotensi terjadi di banyak wilayah, terutama bagian barat Indonesia.

Selain itu, periode aktif siklon tropis di wilayah selatan Indonesia juga dimulai bulan ini. BMKG mengingatkan potensi terbentuknya sistem tekanan rendah di Samudra Hindia yang bisa memicu hujan sangat lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi, khususnya di pesisir Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Operasi Modifikasi Cuaca Reduksi Hujan Ekstrem

Sebagai langkah mitigasi, BMKG bersama BNPB dan instansi terkait melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di sejumlah wilayah yang rawan terjadi bencana, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.

Di Jawa Tengah, operasi dilakukan sejak 25 Oktober 2025 dari Posko Semarang dan Solo dengan 41 sorti penerbangan. Sementara di wilayah barat, operasi dari Posko Jakarta telah melakukan 29 sorti dan dinilai efektif mengurangi curah hujan ekstrem di area sasaran.

Kondisi La Nina Terpantau Lemah

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, suhu muka laut di Samudra Pasifik tengah dan timur mengalami pendinginan dengan anomali -0,54 pada September dan -0,61 pada Oktober, menandakan awal La Nina lemah.

Namun, ia memastikan fenomena ini tidak akan berdampak besar terhadap peningkatan curah hujan. "La Nina lemah diprediksi tidak memberikan pengaruh signifikan. Curah hujan di November 2025 hingga Februari 2026 diperkirakan tetap normal," ujarnya.

Waspada Bencana Hidrometeorologi

BMKG turut menyebut beberapa fenomena atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby, dan Kelvin sedang aktif bersamaan dengan anomali suhu laut yang hangat. Kondisi ini meningkatkan suplai uap air dan pembentukan awan hujan, sehingga risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan angin kencang perlu diantisipasi.

Lebih lanjut, BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama di wilayah rawan bencana. Saat terjadi hujan disertai petir dan angin kencang, masyarakat diminta menghindari area terbuka, bawah pohon, atau bangunan rapuh.

(wia/idn)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |