Jakarta -
Bagi Ryan Palasi, menjadi jaksa bukan sekadar menegakkan hukum, melainkan juga menjaga diri dari segala bentuk godaan dan intervensi. Sejak awal kariernya, ia sudah akrab dengan perkara-perkara yang penuh tantangan, baik karena kepentingan besar yang terlibat maupun tekanan eksternal yang kerap menyertainya.
Ryan memulai penugasan sebagai Kepala Subdirektorat Tindak Pidana Umum di Kejari Ciamis (2016), lalu dipercaya menjabat Kepala Pengelolaan Barang Bukti di Kejari Bogor (2019), lalu menjadi Kepala Evaluasi dan Pengarahan Subdirektorat Bantuan Hukum dan Audit pada Direktorat Pertimbangan Hukum Kejaksaan Agung (2024) hingga menjabat sebagai Koordinator di Kejaksaan Tinggi Jambi.
"Iya saya di bidang intelijen jadi namanya koordinator ya menjadi narasumber, menghadiri undangan dan alhamdulillah dipercaya pimpinan untuk beberapa penanganan perkara, di bidang lain saya juga diikutsertakan seperti di datun, di pidsus," ucap Ryan kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu pada tahun 2010, ketika ia menjabat sebagai Kepala Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara di Kejaksaan Negeri Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Ryan ikut serta menangani kasus kebakaran lahan sawit milik perusahaan swasta yang asapnya begitu pekat hingga menyeberang ke Malaysia dan bertahan lebih dari dua pekan.
Dalam proses hukum yang berjalan, Ryan ditawari miliaran rupiah agar tuntutan terhadap terdakwa bisa diringankan. Namun, ia menolak mentah-mentah tawaran itu dan tetap berpegang pada aturan hukum, sebuah keputusan yang menegaskan komitmennya untuk tidak menukar integritas dengan materi.
"Godaan itu banyak dan sering itu, saat di Kalimantan itu awal saya menjadi jaksa saya sudah diminta untuk mempengaruhi suatu perkara waktu itu perkara lahan dan minta dituntut sangat ringan namun saya nggak mau, saya tetap dengan keputusan saya dan saya ekspose," jelasnya.
"Karena efeknya, dampaknya dari asap itu di Kalimantan Tengah itu banyak yang masuk rumah sakit terus penerbangan sampai berapa kali batal jadikan banyak kerugiannya lah menurut saya," lanjutnya.
Masih di tahun yang sama, Ryan menangani perkara lain yang tak kalah berat. Ia berhadapan dengan kasus pembunuhan satu keluarga berawal dari perebutan gerobak bantuan dana desa yang tak terungkap selama bertahun-tahun.
Kasus ini baru terungkap tujuh tahun kemudian ketika pelaku sudah menjadi kepala desa. Dalam proses hukum, intervensi datang silih berganti, mulai dari tawaran kebun sawit hingga ancaman bernuansa mistis. Ryan tetap menuntaskan perkara itu hingga vonis dijatuhkan. Tak lama setelahnya, ia mendapat penugasan baru di tempat lain.
"Waktu itu salah satu pejabat di sana meminta saya untuk tidak menghukum mati karena menurut saya dia sudah membunuh satu keluarga ya tuntut hukuman mati. Itupun saya sempat ditawari segala macam dan sempat ditakut-takuti," kata Ryan.
Foto: Ryan Palasi. (Dok. detikcom)
Lebih dari satu dekade kemudian, pada 2022, Ryan kembali berada di posisi penting ketika bertugas di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan Agung pada 2022. Ia diminta mendampingi proyek internet BAKTI Kominfo.
Saat itu, ia menilai ada kekeliruan dalam mekanisme pelaksanaan lelang dan menyarankan dibuatnya aturan khusus agar resiko bisa dihindari. Ia pun tak henti-hentinya mengingatkan potensi terjadinya korupsi, namun saran itu bak angin lalu yang tak dihiraukan. Tak lama kemudian, proyek tersebut menjadi kasus hukum besar yang menyeret mantan Menteri Kominfo, Johnny G. Plate.
Karena keteguhannya dalam sikap dan tindakan itu, Ryan terpilih sebagai pemenang Adhyaksa Awards 2025 kategori Jaksa Teladan dalam Integritas. Penghargaan tersebut diterima pada malam puncak Adhyaksa Awards 2025 di Java Ballroom The Westin, Jakarta, Selasa, (23/9/2025).
Selain perkara besar, Ryan dikenal aktif dalam kegiatan non-litigasi. Di Kejaksaan Tinggi Jambi, ia kerap mewakili institusi dalam program "Jaksa Menyapa" di sekolah dengan topik-topik aktual seperti investasi bodong dan judi online. Selama Pilkada 2024, ia juga terlibat dalam Sentra Gakkumdu serta beberapa kali menjadi pemateri kegiatan KPU terutama terkait isu politik uang.
Foto: Ryan Palasi. (Dok. detikcom)
Bagi Ryan Palasi, menjaga integritas adalah warisan hidup yang terus ia pegang. Didikan orang tua yang menanamkan kejujuran sejak kecil diperkuat oleh peran sang istri yang selalu tegas menolak segala sesuatu yang bukan hak mereka.
"Alhamdulillah saya di-support sama istri. Istri istilahnya kalau nggak jelas ini uang dia nggak mau terima. Jangan dibawa ke rumah, jangan kau kasih anak istrimu, itu istilah istri saya. Jadi ya sudahlah saya pikir istri sudah support, orang tua juga mendidik seperti itu jadi nggak ada yang saya kejar lagi," kata Ryan.
Dalam kehidupan pribadi, ia hadir sebagai sosok yang sederhana. Akun media sosialnya lebih banyak digunakan untuk mengikuti isu hukum, politik, serta olahraga, sekaligus berbagi momen kebersamaan bersama keluarga. Ryan tidak banyak bicara soal pencapaian, tetapi rekam jejaknya menunjukkan konsistensinya sebagai seorang penegak hukum.
(idn/idn)
Adhyaksa Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat jaksa teladan di sini