Menteri PPPA Ungkap Cerita di Balik Anak Terlibat Kerusuhan Agustus

6 hours ago 2

Jakarta -

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengungkap cerita di balik sejumlah anak terlibat kerusuhan Agustus lalu. Dia menemukan sejumlah anak diajak ke lokasi demo awalnya untuk nonton konser.

"Ada beberapa anak-anak di Jawa Tengah, misalkan, mereka diajak, disediakan kendaraan untuk hadir di satu tempat yang informasinya adalah untuk hadir di acara konser musik dan ada pertandingan sepakbola. Ternyata anak-anak ini diturunkan di massa yang sedang melakukan demonstrasi," ujar Arifah dalam focus group discussion (FGD) bertajuk 'Sinergi Antar Lembaga untuk Terlindunginya Hak-hak Anak yang Berhadapan dengan Hukum', Selasa (4/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, dia mendapat cerita dari anak di Cirebon yang turut dimobilisasi ke lokasi demo. Bahkan dia mendapati para orang tua anak syok mendengar anaknya terlibat, bahkan tersangkut kasus hukum.

"Dan ketika saya dialog dengan anak-anak ini, rata-rata mereka tidak tahu. Dari anak-anak yang saya ajak komunikasi, ada mereka yang lagi di warung, ada yang lagi di rumah, tiba-tiba diajak oleh temannya, eh ada demo, kita nonton yuk, gitu," ucapnya.

"Oke, aku mau, dijemput gitu. Akhirnya mereka dijemput. Sampai di sana, khususnya di Cirebon," sambungnya.

Dia melanjutkan anak-anak itu diboyong menggunakan kendaraan. Mereka diturunkan di lokasi gedung yang sudah terbakar atau rusuh.

"Ini rombongan anak-anak ini, tiga motor, nyampe di sana gedung itu sudah terbakar. Artinya, anak-anak ini bukan pelakunya. Mereka datang ke sana, mereka nonton di pinggir jalan," ungkapnya.

Sesaat di sana, Arifah mendapat cerita anak-anak itu diajak menjarah rumah. Anak-anak ini diajak oleh orang tak dikenal.

"Dan ketika mereka nonton di pinggir jalan, ada orang yang menyuruh mereka mengambil barang-barang yang baru dikeluarkan dari gedung tersebut. Anak ini nggak mau. Tapi dibilangin gini, 'Ambil aja nggak apa-apa. Semua juga pada ngambil, kok. Ini barangmu, udah nggak dipakai lagi karena gedungnya terbakar'," katanya.

"Anak ini dipaksa, dia disuruh bawa kursi besar. Anggota Dewan kan kursinya besar-besar. Dipaksa untuk bawa. Anak ini udah jawab, 'saya nggak mau bawa, untuk apa. Rumah saya kecil, nggak muat untuk kursi ini'," sambungnya.

Arifah melanjutkan anak-anak sudah bersikeras tak mau mengambil barang itu. Namun, karena terpaksa, akhirnya ikut-ikutan.

"Begitu ini dibawa, baru mau dibawa ke motor, ada seseorang yang langsung menawar. 'Saya beli ya, Rp 100 ribu'. Saya tanya, 'terus untuk apa uangmu?'. 'Ya saya beli jajan aja sama teman-teman'," ucapnya.

(idn/idn)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |