Jakarta -
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menegaskan bahwa produktivitas menjadi kata kunci dalam membangun hubungan industrial yang harmonis sekaligus transformatif. Hal tersebut disampaikan dalam acara 11th Indonesia Industrial Relation Conference bertema 'Menavigasi Dinamika Baru Hubungan Industrial di Era AI dan Ketahanan Industri: Fleksibilitas Kerja, Regulasi Adaptif, dan Masa Depan Tenaga Kerja'.
Ia menjelaskan bahwa hubungan industrial tidak hanya berputar pada keharmonisan, melainkan harus mampu menghadirkan perubahan yang transformatif bagi pekerja, pengusaha, dan pemerintah.
"Ketika membicarakan hubungan industrial, kita sering berhenti pada konsep harmonis. Kalau sudah ada perjanjian kerja bersama, seolah-olah persoalan selesai. Padahal, kita membutuhkan sesuatu yang melampaui harmonis, yakni hubungan industrial yang transformatif," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (4/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yassierli menambahkan hubungan industrial transformatif hanya dapat terwujud jika manajemen perusahaan dan serikat pekerja memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya produktivitas.
"Kata kuncinya, ketika manajemen perusahaan dan serikat buruh/serikat pekerja sudah memiliki pemahaman yang sama yaitu produktivitas," sambungnya.
Ia menambahkan, tahun ini Kemnaker telah menggelar sosialisasi dan edukasi bagi serikat pekerja untuk memperkuat pemahaman soal produktivitas. Kemnaker juga memberikan pelatihan kepada 500 peserta bersama Asian Productivity Organization (APO). Dari target 200 orang, sebanyak 170 peserta dinyatakan lulus dan meraih sertifikat productivity specialist.
"Ini bagian dari agenda besar kita bersama. Kita punya agenda besar serikat pekerja, agenda besar perusahaan, dan agenda besar untuk meningkatkan produktivitas bangsa. Kemnaker fokus meningkatkan produktivitas tenaga kerja," terangnya.
Ia pun mengajak seluruh pihak memperkuat komitmen membangun hubungan industrial yang transformatif dengan menjadikan produktivitas sebagai agenda bersama.
"Mari bersama-sama membangun hubungan industrial yang tidak hanya harmonis, tetapi juga transformatif. Buruh, pekerja, dan pengusaha harus duduk bersama, berbicara bagaimana meningkatkan produktivitas. Bila kita fokus pada isu strategis yang besar, maka isu-isu lainnya akan menjadi kecil. Itulah yang kita harapkan," tutupnya.
(ega/ega)


















































