Kisah Pertempuran Raja Mataram dengan Adiknya Sendiri

6 hours ago 3

loading...

Peperangan antara Sultan Amangkurat I dan Pangeran Alit tak terelakkan karena sikap kejam Raja Mataram kepada pihak yang berselisih paham dengannya. FOTO ILUSTRASI/IST

SULTAN Amangkurat I konon memerintah Mataram dengan kejam. Banyak orang yang terpaksa dihukum mati hanya karena berselisih paham dengannya.

Keresahan pun muncul di masyarakat, tak terkecuali pada adik tirinya sendiri bernama Pangeran Alit. Apalagi ada beberapa abdi atau pengikut Pangeran Alit, yang ditangkap, disiksa, hingga dibunuh, oleh Sultan Amangkurat I. Pangeran Alit pun meradang dan tak lagi mampu menahan diri dengan kesewenang-wenangan kakaknya.

Sebagaimana dikutip dari "Disintegrasi Mataram: di Bawah Mangkurat I" karya H.J. De Graaf, peperangan antara Sultan Amangkurat I dan Pangeran Alit tak terelakkan lagi. Pangeran Alit lantas membawa 50 sampai 60 orang dari abdi dan pasukannya yang berjumlah 300 orang itu, sebagaimana catatan dari Van Goens utusan Belanda.

Ia bertekad bulat mengakhiri nyawa sang Raja Mataram itu dalam "pertarungan berdarah penghabisan". Konon pertarungan ini ditentukan di dua hari tepat yakni Senin atau Kamis. Tatkala raja berkenan memberi audiensi dan banyak rakyat turut hadir. Pangeran Alit pun berkuda pergi ke alun-alun.

Namun atas perintah Raja, para pengawal Mataram dengan cepat dapat membunuh para pengiring Pangeran Alit. Pangeran itu sendiri tidak diapa-apakan bahkan kudanya pun tidak terluka. Namun, 20 pengawal raja itu membiarkan diri mereka jadi korban keris panjang Pangeran Alit.

Dengan janji akan diberi pengampunan serta kesetiaan, pemuda nekat itu tidak dapat dibujuk agar menghentikan serangannya. Oleh karena itu, Sultan Amangkurat I memerintahkan agar membunuh kuda Pangeran Alit terlebih dahulu. Hal yang akhirnya segera dilaksanakan para pengawal raja itu.

Pangeran Alit dengan berjalan kaki tetap berusaha mendekati saudaranya. Tetapi karena dijaga pengawal banyak sekali, maka niatnya tidak sampai terwujud. Ia hanya berhasil membunuh seorang raden tua, orang yang amat dicintai oleh setiap orang dan bahkan juga oleh Raja Mataram sendiri.

Hal inilah yang membuat kesabaran Sultan Amangkurat I habis. Ia memerintahkan mantri-mantrinya agar tidak membiarkan diri mereka dibunuh adiknya.

"Tangan saya bersih dari darah adik saya: Cobalah untuk menyadarkannya," kata Amangkurat I.

Setelah tidak berhasil, maka persoalan itu diserahkannya kepada pamannya. Pamannya yang harus mengambil keputusan. Kemudian Sultan kembali ke keraton, sementara Pangeran Alit, sekalipun terkepung, melanjutkan serangannya dan membunuh seorang pejabat lagi.

Pangeran Purbaya, dengan hati yang amat sedih, memberi tahu kemenakannya tentang kejadian tersebut. Barulah kemudian Sultan memberi izin kepada para pengawalnya untuk membela diri. Alhasil dengan segera pula habislah nyawa Pangeran Alit, tertusuk oleh sebilah keris.

(abd)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |