loading...
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau populer disapa Gus Baha, memberi penjelasan menarik terkait gerhana bulan, terutama dari sudut pandang ilmu Hakikat. Foto istimewa
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau populer disapa Gus Baha , memberi penjelasan menarik terkait gerhana bulan , terutama dari sudut pandang ilmu Hakikat.
Ulama ahli tafsir Al-Qur'an ini menjelaskan hal tersebut dalam salah satu kajiannya yang disiarkan Channel "IM Ngaji" di kanal Youtube. Berikut penjelasan Gus Baha:
"Hanya Allah lah yang mampu sedemikian rupa mengatur ketertiban alam raya ini termasuk mengatur galaksi sedemikian rupa, matahari dan rembulan sedemikian rupa. Mulai dari yang hakiki sampai yang kasat mata.
Saya beri tahu kamu supaya jadi orang alim. Dunia ini terbagi dua, ada yang hakikat, ada yang zahir. Hakikat itu ketika manusia dipasrahi akal. Tapi manusia juga terbatasi oleh nazarul 'aini (dalam pandangan mata).
Karena manusia itu menganalisis dua hal sekaligus, yaitu hakikat dan zahir. Misalnya begini, apakah bulan pernah mengalami gerhana? Tidak pernah! Bulan tetaplah bulan, bentuknya tidak pernah terkurangi.
Ketika terjadi gerhana bulan, bukan berarti dimakan raksasa lalu dipukulin kentongan biar pergi. Gak ada itu! Tapi ada satu sistem dimana bulan terhalangi pandangan ke kamu. Karena terhalangi itulah kemudian tampak gerhana. Kemudian orang menyebut itu gerhana.
Baca juga: 5 Amalan dan Kumpulan Doa Saat Gerhana Bulan Total
Itu menurut pandangan mata. Hakikatnya bulan tetap seperti semula. Begitu pula terbenam, hakikatnya matahari tidak pernah terbenam di bumi. Sebab, matahari lebih besar dari bumi. Jadi tidak mungkin terbenam di bumi. Tapi secara pandangan mata, matahari tenggelam di bumi.
Berarti ada hakikat, dan ada nazarul aini (sudut pandang yang dilihat). Karena manusia itu punya dua sisi, maka ini penting. Pentingnya adalah supaya orang jadi berpikir bahwa yang terlihat belum tentu ada, dan yang ada belum tentu terlihat.