Dewan Pakar BPIP Puji Pidato Prabowo soal Kemerdekaan Palestina di PBB

4 hours ago 2

Jakarta -

Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Darmansjah Djumala mengungkap sejumlah hal menarik dari isi pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Secara keseluruhan menurutnya, pidato Prabowo memancarkan aura Pancasila.

Salah satu hal menarik menurut Djumala yakni saat Prabowo bicara bahwa Indonesia akan mengakui Israel jika Israel mengakui kemerdekaan Palestina. Ia mengapresiasi langkah Prabowo yang berani menyampaikan hal itu di forum internasional.

"Pernyataan sikap secara gamblang di forum PBB baru ini dilakukan Indonesia. Sebelumnya hanya dalam bentuk wacana publik di dalam negeri Indonesia dan tidak disampaikan secara resmi di forum PBB," ujar Djumala dalam keterangannya, Kamis (25/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Prabowo dengan tegas menyatakan bahwa pengakuan atas kemerdekaan Palestina harus dibarengi pula dengan adanya jaminan keamanan bagi Israel," lanjut Djumala.

Hal lain, kata Djumala, yakni saat Prabowo menyatakan kesiapannya mengirim 20.000 pasukan untuk menjaga perdamaian. Ia mengatakan inisiatif ini lah yang bertalian dengan nilai Pancasila.

"Inisiatif Indonesia ini sungguh bertalian dengan nilai Pancasila. Inilah sebenarnya yang disebut 'value-based diplomacy', diplomasi berbasis nilai, yaitu nilai kemanusiaan. Diplomasi kemanusiaan ini sejatinya adalah pancaran nilai Kemanusiaan dalam Pancasila," ujar Djumala.

Mantan Dubes Austria ini lalu menggaris-bawahi pernyataan Prabowo bahwa Indonesia berkomitmen untuk bekerja sama dan berpartisipasi aktif dalam organisasi internasional. Menurutnya, pernyataan ini penting di tengah kondisi dunia yang bergerak sepihak.

"Ini statement politik sangat penting di tengah dunia yang sedang dihantui oleh tindakan unilateralisme (tindak sepihak) yang berlandaskan pada kekuatan dan kekuasaan. Bukan pada nilai-nilai tanggung jawab global yang dibahas secara bersama di forum multilateral seperti PBB," ujarnya.

Ia lalu mengutip internasionalisme dalam pidato Bung Karno di PBB pada 1960 yang diterjemahkan sebagai kemanusiaan. Sedangkan multilateralisme, menurutnya, mekanisme pengambilan keputusan yang dilakukan melalui pembahasan bersama (musyawarah) untuk mencapai kesepakatan (mufakat).

"Jadi jika Indonesia mengedepankan pendekatan internasionalism dan multilateralism itu artinya keputusan untuk melakukan diplomasi kemanusiaan harus diambil berdasar "musyawarah-mufakat" dari seluruh anggota PBB. Sejatinya itulah aura Pancasila dalam diplomasi Indonesia di panggung internasional," ujar Djumala.

(eva/gbr)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |