Ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara menyisakan trauma bagi sejumlah siswa. Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung tak menduga dampak ledakan itu membuat beberapa siswa minta pindah sekolah.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan pihak sekolah sejak Senin (10/11) pascaledakan menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh dengan materi pelajaran penyembuhan trauma. Kepala SMAN 72 Jakarta Tetty Helena Tampubolon mengatakan proses ini akan terus berjalan hingga para siswa dinyatakan siap mengikuti proses belajar-mengajar langsung di sekolah yang berada di kompleks Kodamar tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana mengatakan selama pembelajaran daring difokuskan pada pemulihan dan persiapan mental siswa sebelum kembali ke sekolah. Sebelum kegiatan belajar dimulai, Nahdiana menyebutkan, orang tua akan diundang untuk memberi pemahaman seputar langkah-langkah pemulihan yang dilakukan bersama sekolah, psikolog, dan unsur wilayah setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pramono menyampaikan sejumlah siswa SMAN 72 Jakarta sudah ada yang meminta pembelajaran dilakukan secara langsung usai ledakan. Pramono menyebut para siswa ingin menunjukkan kondisi sekolah aman.
"Kepala Dinas Pendidikan sudah menyampaikan, memberikan kebebasan. Yang mau daring boleh, yang mau langsung juga boleh dan ternyata mereka kebanyakan meminta untuk secara langsung supaya menunjukkan bahwa sekolahnya sudah pulih dan tidak ada apa-apa," kata Pramono di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Jumat (14/11/2025).
Beberapa Siswa Minta Pindah Sekolah karena Trauma
Pramono mengungkap sejumlah siswa SMAN 72 Jakarta Utara minta pindah sekolah buntut insiden ledakan. Pramono meminta dinas terkait mencari solusi terbaik.
"Ternyata dampaknya juga di luar dugaan saya, banyak siswa yang kemudian minta pindah sekolah," kata Pramono di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, Minggu (16/11/2025).
Pramono sudah meminta jajarannya untuk mencari solusi terkait kondisi para siswa. Dia tak ingin dampak ledakan berkepanjangan bagi para siswa.
"Inilah yang juga menjadi pikiran. Saya sudah minta kepada sekolah dan termasuk Ibu Kepala Dinas, ini dirumuskan secara baik. Karena saya nggak mau kemudian dampaknya sampai panjang," tambahnya.
Pramono menyebut telah bertemu dengan Kepala SMAN 72. Dia telah menyampaikan batas sekolah daring SMAN 72 sampai Senin besok.
"Hari Senin besok mereka akan mengundang para murid dan juga guru, para guru dan murid, untuk diberikan pilihan, apakah mereka akan sekolah langsung atau melalui daring," ujarnya.
Pramono Tak Ingin Belajar di Sekolah Dipaksakan
Pramono sudah menyampaikan ke Kepala SMAN 72 untuk tidak memaksakan kegiatan belajar di sekolah jika belum siap. Pihak sekolah dan wali murid akan melakukan pertemuan hari ini guna memutuskan sistem belajar pascaledakan.
"Tetapi prinsipnya, saya sampaikan kepada ibu kepala sekolah, kalau memang Senin besok sudah siap silakan dibuka, tapi kalau belum siap jangan dipaksakan," sebutnya.
Pramono mengatakan sebagian siswa masih trauma sehingga ada yang meminta untuk pindah sekolah.
"Kepala sekolah juga menyampaikan ada beberapa siswa yang trauma. Karena trauma minta pindah sekolah, ya tetapi kan ini menjadi persoalan tersendiri," kata Pramono.
Pihak Sekolah Sebut Sistem PJJ Masih Lanjut
Kepala SMAN 72 Jakarta Tetty Helena Tampubolon mengatakan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) masih akan diterapkan pekan ini. Tetty mengatakan hal itu lantaran sebagian siswa masih mengalami trauma usai insiden ledakan tersebut.
"Hari Senin itu yang pasti masih PJJ. Lalu, masih kita pantau juga dan kita pastikan dengan orang tuanya apakah sudah boleh hybrid," kata Tetty di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Sabtu (15/11).
Tetty mengatakan saat ini pembelajaran luring atau luar jaringan (offline) belum dapat diterapkan sepenuhnya. Dia mengatakan masih terdapat siswa yang belum siap untuk kembali ke sekolah.
"Kita belum bisa memastikan mereka harus seluruhnya belajar luring, karena kondisinya masih ada yang traumanya," ujarnya.
Tetty mengatkan pihaknya bersama Dinas Pendidikan, Kementerian Kesehatan, Himpsi, hingga Kemendikdasmen tengah melakukan asesmen terhadap psikologis siswa. Meski hasil resmi belum keluar, pihaknya melihat tanda positif dari para siswa.
"Kelihatannya anak-anak sudah mulai rindu sama sekolah. Tapi hasil resminya belum," ungkapnya.
Lebih lanjut, Tetty mengatakan persetujuan orang tua menjadi faktor penting untuk siswa mengikuti pembelajaran skema hybrid. Tetty pun berharap para siswa yang menjadi korban ledakan dapat segera pulih.
"Harapannya tentu mereka sembuh. Dengan keajaiban Tuhan, anak-anak yang saleh akan segera sembuh," ucapnya.
Saksikan Live DetikPagi:
(idn/lir)


















































