Bripka Ristomo, Brimob yang Jadi Guru Ngaji Gratis Anak Kampung Gunung Sindur

2 days ago 9

Jakarta -

Anggota Brimob Polda Metro Jaya, Bripka Ristomo (47), membuat teras rumahnya menjadi tempat mengaji puluhan anak kampung di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dia bersama istrinya ikhlas mengajar dan menolak bayaran dari para orang tua murid.

Hal tersebut membuatnya diusulkan menjadi salah satu kandidat penerima anugerah Hoegeng Awards 2025 oleh pembaca detikcom.

Salah satu ibu dari anak yang diajar oleh Bripka Ristomo adalah Rara Elmi. Dia menceritakan awalnya merasa takut terhadap Ristomo yang berprofesi sebagai anggota Brimob.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berarti tidak semua yang kita pikirkan itu benar. Beliau kan polisi, pada takut. Tapi ternyata, bapak lembut," ujar Rara saat dihubungi, Jumat (24/1/2024).

Rara pun menyebut anaknya cocok belajar ngaji dengan Bripka Ristomo dan istri. Menurut Rara, mereka mengajar dengan hati dan mengayomi anak-anak.

"Anak kebetulan anaknya cocok, alhamdulillah dengan bapak ibu. kalau ada kekurangan suka kasih tahu (orang tua murid). Kita juga ada pertemuan orang tua," katanya.

Bripka Ristomo, Brimob yang Jadi Guru Ngaji Gratis Anak Kampung Gunung SindurBripka Ristomo, Brimob yang Jadi Guru Ngaji Gratis Anak Kampung Gunung Sindur (Foto: dok. Istimewa)

Rara menyebut Ristomo mengajar secara gratis. Orang tua murid sebenarnya sempat ingin memberi imbalan berupa uang iuran, namun ditolak.

"Gratis, kita jadi nggak enak. Sempat ditolak, bayar nggak mau terima bayaran. Pernah inisiatif kasih sembako, karena Bapak dan Ibu suka ngasih makan gratis kalau malam Jumat, sedekah Jumat. Tapi dibalikin lagi," ucapnya.

"Pernah kasih kue dan semacamnya, tapi akhirnya dibagikan lagi ke anak-anak," katanya.

Mengajar Ngaji untuk Pengabdian di Masyarakat

Saat dikonfirmasi, Bripka Ristomo saat ini berdinas sebagai staf di Kompi 2, Batalion C Sat Brimob, Polda Metro Jaya. Sejak delapan tahun lalu, dia bersama dengan istri mengajar ngaji anak-anak di Kampung Pondok Miri, Kelurahan Rawa Kalong, Kecamatan Gunung Sindur, Bogor Jawa Barat.

Dia menjadikan teras rumahnya sebagai tempat mengaji anak-anak kampung. Dia menyiapkan karpet, dan meja kecil sederhana untuk anak-anak mengaji.

TPA Mar'atus Tsaniyah memang tak terdaftar resmi. Tempat itu hanya menjadi tempat informal anak-anak kampung belajar mengaji.

"Awalnya anak-anak sekitar sini main. Kok mainnya kayak kurang efektif. Kita gelar buku, yang penting anak-anak ada kegiatan, lama-lama kok akhirnya banyak (anak-anak). Maka diputuskan untuk mengajar mengaji," ujar Ristomo, saat dihubungi.

Dia menyebut total ada sekitar 80 orang anak-anak yang mengaji tanpa dipungut biaya.

"Kalau anak kecil kan kadang masuk kadang enggak. 80 itu dari Iqro sampai Al Quran. Rata-rata 25 sampai 35 minimal anak yang mengaji," kata Ristomo, saat dihubungi.

Bripka Ristomo, Brimob yang Jadi Guru Ngaji Gratis Anak Kampung Gunung SindurBripka Ristomo, Brimob yang Jadi Guru Ngaji Gratis Anak Kampung Gunung Sindur (Foto: dok. Istimewa).

Karena banyak anak-anak yang mengaji, dia membaginya menjadi dua kelas. Anak-anak hingga kelas 4 SD mengaji usai salat asar sampai magrib. Sementara untuk kelas 5 ke atas atau Al Quran, mengaji dari magrib.

Sebagai anggota Brimob, dia menyadari citra 'tegas' yang melekat pada dirinya. Namun, dia ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat saat lepas berdinas.

"Saya ingin menunjukkan, oh polisi bisa kok, di lingkungan manapun insyAllah bermanfaat dengan yang lain. Ini termasuk panggilan jiwa," ujarnya.

Dia dan istrinya ingin mendidik anak-anak kampung. Dia menilai saat ini banyak sekali anak-anak yang hanya bermain dengan handphone.

"Di lingkungan sekitar sini, zaman sekarang kan banyak yang main HP, saya kepingin mengurangi pelan-pelan. Biar anak-anak ke TPA ini, pelan-pelan kita fokuskan biar anak-anak tertarik mengaji," ujarnya.

Dia pun mengaku mendapat 'titipan' dari orang tua yang ingin anaknya bisa mengaji. Menurutnya, ada anak yang tak bisa diajarkan mengaji oleh orang tuanya, tapi mau belajar di TPA.

"Sama orang tua kurang begitu menarik, tapi nyampe sini anak-anak alhamdulillah, happy, enjoy, ada teman-temannya," katanya.

Ristomo mengaku tak memiliki latar belakang pesantren. Kebetulan, istrinya dulu mengajar di salah satu SD Islam di Ciputat.

"Saya bukan lulusan pesantren, saya ingin lingkungan sekitar hidup. Walaupun saya bukan pesantren, mudah-mudahan niat baik bisa diterima," katanya.

(aik/hri)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |