Bamsoet Sebut Daya Beli Masyarakat Fondasi Pertumbuhan UMKM

2 hours ago 1

Jakarta -

Wakil Ketua Umum (WKU) Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Indonesia, Bambang Soesatyo mengatakan daya beli masyarakat yang kuat merupakan fondasi bagi UMKM untuk tumbuh dan mengakses kredit. Tanpa itu, berapapun besar dana yang digelontorkan pemerintah tidak akan berpengaruh secara signifikan.

"Daya beli dan kredit UMKM saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain, tetapi dalam siklus ekonomi, daya beli masyarakat yang kuat umumnya akan mendorong permintaan produk atau jasa, yang kemudian baru bisa memicu kebutuhan akan peningkatan kapasitas UMKM dan mendorong pengajuan kredit untuk berkembang," ujar Bambang dalam keterangannya, Kamis (18/9/2025).

Hal ini disampaikannya usai menghadiri rapat Pengurus KADIN Indonesia dengan Badan Pengurus Pusat HIPMI di Jakarta, Kamis (18/9/25).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bamsoet yang juga Anggota DPR RI ini menjelaskan UMKM saat ini menghadapi tantangan yang tidak ringan. Masalah seperti sertifikasi halal dan SNI, keterbatasan cold chain untuk produk pangan, hingga literasi digital masih menghambat laju ekspor. Selain itu, data UMKM yang belum terintegrasi membuat program pemerintah sulit dievaluasi secara akurat.

Dari sisi pembiayaan, pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) sudah menyalurkan ratusan triliun rupiah hingga akhir 2024 dan menargetkan angka yang lebih besar pada 2025.

"Namun, pembiayaan saja tidak cukup. Modal harus disertai pendampingan, sertifikasi, dan dukungan logistik. Kalau hanya memberikan modal tanpa memastikan produk sesuai standar ekspor, hasilnya tidak maksimal," jelas Bamsoet.

Bamsoet pun menekankan pentingnya sinergi antara KADIN Indonesia dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) untuk mendukung UMKM Indonesia menembus dan bersaing di pasar global.

Dengan jumlah UMKM mencapai 64,2 juta unit dan kontribusi sekitar 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), UMKM tidak hanya menjadi penggerak ekonomi rakyat, tetapi juga benteng ketahanan bangsa di masa krisis.

Namun, peran ini belum sepenuhnya tercermin di pasar internasional. Hal inti terlihat dari Kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional yang masih berkisar di angka 15-16 persen.

"KADIN punya jaringan ke korporasi besar, akses pasar internasional, dan hubungan kuat dengan pemerintah. HIPMI punya energi anak muda, keberanian berinovasi, dan dekat dengan UMKM di lapangan. Jika bersinergi, keduanya bisa menjadi mesin besar yang menggerakkan UMKM kita menjadi pemain global," tegas Bamsoet.

Pada kesempatan ini, Bamsoet mengungkapkan berbagai kisah sukses yang membuktikan UMKM Indonesia mampu bersaing di pasar dunia. Misalnya, kopi arabika Gayo dari Aceh yang pada 2024 mencatat peningkatan ekspor signifikan ke pasar Eropa dan Timur Tengah berkat kualitas dan branding geografisnya.

Di sektor kerajinan, lanjut Bamsoet, UMKM di Jepara berhasil menembus pasar Amerika dan Jepang dengan produk furniture kayu jati yang mengusung nilai keberlanjutan. Sementara itu, pelaku UMKM fashion modest wear dari Bandung mulai dilirik pasar dari Timur Tengah karena desainnya dianggap sesuai tren global.

Menurutnya, contoh-contoh tersebut harus menjadi inspirasi dan bukti bahwa jika diberi dukungan tepat, UMKM Indonesia tidak kalah bersaing.

"Untuk memperkuat tren positif tersebut, perlu dibentuk tim kerja gabungan KADIN-HIPMI. Targetnya, dalam tiga tahun jumlah UMKM yang mengekspor meningkat signifikan, dengan kontribusi terhadap ekspor nasional naik ke kisaran 25-30 persen. Ini target realistis jika kita bekerja dengan program terukur, bukan hanya retorika belaka," jelas Bamsoet.

Bamsoet pun mengingatkan tren global kini bergerak ke arah keberlanjutan. Pasar Eropa dan Amerika semakin selektif terhadap produk yang ramah lingkungan dan memiliki jejak karbon rendah.

Oleh sebab itu, Bamsoet mendorong agar UMKM Indonesia disiapkan sejak dini sehingga tidak hanya mengandalkan harga murah, tetapi juga menawarkan nilai tambah berupa keberlanjutan.

"Kalau kita bisa satukan KADIN, HIPMI, perbankan, pemerintah, dan marketplace, saya optimis UMKM Indonesia tidak hanya jadi tulang punggung ekonomi nasional. Tetapi juga pilar ekspor yang berdaya saing global," pungkas Bamsoet.

Sebagai informasi, turut hadir pada kegiatan ini antara lain Ketum KADIN Indonesia Anindya Bakrie beserta jajaran Pengurus Pusat KADIN Indonesia dan Ketum HIPMI Akbar Himawan Buchari beserta jajaran BPP HIPMI.

(akd/akd)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |