Jakarta -
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengapresiasi kiprah Siti Hardijanti Rukmana (Mbak Tutut), sebagai salah satu senior dan tokoh Partai Golkar. Bamsoet menilai Mbak Tutut telah turut memberikan warna tersendiri dalam dinamika sosial dan politik Indonesia, terutama dalam membina generasi muda.
Meskipun perjalanan politiknya tidak selalu mulus, lanjutnya, semangat Mbak Tutut untuk menciptakan perubahan positif tetap menjadi legasi yang berharga. Diketahui pada tahun 1980-an, putri sulung Presiden RI ke-2 Soeharto ini memelopori Kirab Remaja.
Sebuah inisiatif untuk menanamkan rasa cinta Tanah Air di kalangan generasi muda. Dengan mendorong kaum remaja untuk mengenali kekayaan budaya dan sejarah bangsa, Kirab Remaja bukan hanya sekadar gerakan, tetapi juga merupakan investasi jangka panjang untuk menciptakan rasa kebangsaan yang kuat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mbak Tutut juga memperkenalkan organisasi berbasis agama, yaitu Rohani Islam (ROHIS), yang berfungsi sebagai wadah bagi generasi muda untuk membangun iman dan moral. Dengan mengedepankan nilai-nilai spiritual, Mbak Tutut berkontribusi dalam membentuk karakter remaja Indonesia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia. Peran ini menunjukkan kesadarannya terhadap pentingnya pendidikan karakter dalam proses pembentukan individu yang berkualitas," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Jumat (24/1/2025).
Hal ini disampaikannya saat menghadiri syukuran ulang tahun ke-75 Mbak Tutut di kediaman Cendana Menteng Jakarta, Kamis (23/1/25) malam.
Anggota Komisi III DPR RI ini pun menambahkan, kiprah Mbak Tutut di bidang sosial juga terlihat ketika terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Pekerja Sosial Indonesia pada tahun 1988. Dalam posisi ini, ia menggerakkan masyarakat untuk lebih peduli terhadap isu-isu sosial dan kesejahteraan yang merupakan tantangan besar di masa itu.
Selain itu, Mbak Tutut juga terlibat dalam Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai Ketua Umum dari tahun 1994 hingga 1999. Di bawah kepemimpinannya, Palang Merah Indonesia meningkatkan perannya dalam tanggap darurat dan bantuan kemanusiaan, terutama pasca bencana alam.
"Keberadaan Yayasan Dharmais yang dikelola oleh Mbak Tutut juga merupakan bukti nyata komitmennya terhadap kesejahteraan masyarakat. Melalui yayasan ini, sejumlah program sosial dilaksanakan, termasuk operasi katarak bagi masyarakat tidak mampu di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar). Sejak didirikan pada tahun 1976, yayasan ini telah memberikan manfaat bagi lebih dari 140.000 orang," papar Bamsoet.
Bamsoet mengungkapkan karir politik Mbak Tutut menanjak dengan menjabat sebagai Anggota MPR RI Fraksi Golkar dari 1992 hingga 1998. Di tahun 1998, Mbak Tutut diangkat sebagai Menteri Sosial pada Kabinet Pembangunan VII yang merupakan masa pemerintahan Presiden Soeharto terakhir.
Setelah Soeharto mengundurkan diri, lanjut Bamsoet, Mbak Tutut memilih untuk menarik diri dari panggung politik. Menurutnya, hal tersebut merupakan suatu keputusan yang mencerminkan kesadaran besar akan dinamika politik yang berubah.
"Harapan saya, di hari yang berbahagia ini, Mbak Tutut dan keluarga, selalu diberikan kesehatan dan kebahagian," pungkas Bamsoet.
(anl/ega)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu