Jakarta -
Musim giling tebu 2025 mencatat sejumlah persoalan bagi industri gula nasional. Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Sunardi Edy Sukamto, menyebut produksi gula kristal putih (GKP) meningkat, namun serapannya di pasar masih lemah.
Edy berharap agar pemerintah serius mengawal hilirisasi gula dan tetes sebagai bagian vital program percepatan swasembada gula nasional. Ia juga menyoroti lambannya realisasi serapan oleh ID Food yang membuat pedagang enggan menyerap sisa produksi petani.
"Kesepakatan di Bapanas Jakarta jelas, serapan 83.000 ton tahap pertama oleh ID Food dan pedagang harus tuntas. Setelah itu, sisa produksi berikutnya sepenuhnya diambil pedagang. Jika ID Food tidak segera menuntaskan kuota Rp 900 miliar untuk petani tebu di bawah PT SGN dalam pekan ini, maka swasembada hanya akan menjadi mimpi," ujar Edy dalam keterangannya, Jumat (19/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut meskipun produksi meningkat dan sudah mendekati target swasembada gula konsumsi, penyerapan pasar masih lemah. Kondisi ini dipicu oleh adanya rembesan gula rafinasi yang langsung di jual ke pasar konsumsi, sehingga gula hasil giling petani sulit terserap. Hampir setiap lelang gula petani sepi penawaran, mengakibatkan ketidakpastian harga dan pendapatan.
Beberapa langkah strategis telah dilakukan untuk menekan masalah ini. Pemerintah melalui Danantara mengalokasikan Rp 1,5 triliun untuk menyerap gula petani, dengan Rp 900 miliar di antaranya ditujukan bagi 62.141 ton gula di bawah PT SGN. Hingga kini baru terealisasi 21.500 ton.
Selain itu, PT PIR (Gulavit), PT SGN, serta pedagang di Jawa Timur juga ikut menyerap gula petani. Atas upaya tersebut, APTRI menyampaikan apresiasi.
Selain gula, penderitaan petani juga semakin berat akibat anjloknya harga tetes (molases). Dampak dari pembebasan bea masuk impor molasses membuat harga tetes jatuh dari Rp 2.700-3.000/kg pada 2024, kini hanya Rp 900-1.200/kg. Kondisi ini menekan pendapatan petani secara signifikan.
Menurutnya, APTRI sangat mengharapkan industri pergulaan nasional menjadi lebih baik. Ia menyampaikan agar industri gula nasional semakin membaik agar persoalan serupa tak terulang.
"Sehingga persoalan-persoalan seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari, dan petani memiliki kepastian dan semakin bergairah menanam tebu di musim berikutnya," ungkapnya.
Lebih lanjut, Edy menyampaikan apresiasi kepada pemerintah, perusahaan, dan pedagang yang telah menyerap gula petani karena kontribusi mereka membantu menjaga keberlangsungan industri pergulaan.
"Sekali lagi, kami (APTRI) mengucapkan apresiasi dan terima kasih pada pihak yang telah melakukan penyerapan gula petani, khususnya pada pemerintah melalui Danantara, PT SGN, Gulavit dan pedagang yang berada di Jawa Timur, sehingga kontribusi ini bisa terus membantu keberlangsungan bersama," pungkasnya.
(akn/ega)