Akselerasi Pertumbuhan dalam Ekonomi Nasional

6 hours ago 8

loading...

Candra Fajri Ananda, Wakil Ketua Badan Supervisi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Foto/Dok.SindoNews

Candra Fajri Ananda

Wakil Ketua Badan Supervisi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

KONDISI makroekonomi Indonesia saat ini berada dalam fase yang tidak sepenuhnya mudah. Secara agregat, stabilitas masih terjaga, namun terdapat kerentanan yang signifikan baik dari faktor luar negeri maupun dinamika domestik. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2025 yang berada di kisaran 5,12% (yoy) menunjukkan resiliensi, tetapi sejumlah lembaga internasional, termasuk Bank Dunia, memperkirakan pertumbuhan tahun 2025 hanya sekitar 4,8%, lebih rendah dari target pemerintah.

Artinya, proyeksi ini menegaskan perlunya kebijakan yang lebih adaptif untuk menjaga momentum pertumbuhan sekaligus mengantisipasi tekanan yang terus meningkat.

Pada sisi eksternal, ketidakpastian global masih menjadi sumber risiko utama bagi perekonomian Indonesia. Pemulihan ekonomi dunia yang relatif lambat, dengan estimasi pertumbuhan sekitar 3,0% pada 2025 menurut Bank Indonesia, menandakan potensi pelemahan permintaan dari negara mitra dagang. Situasi semakin diperberat oleh peningkatan tensi perdagangan global, termasuk kebijakan tarif sepihak yang diterapkan Amerika Serikat terhadap berbagai produk impor.

Kebijakan ini berpotensi mengganggu arus perdagangan, memicu volatilitas nilai tukar, dan menekan performa ekspor Indonesia, meskipun defisit transaksi berjalan diproyeksikan tetap terkendali pada kisaran 0,5-1,3% terhadap PDB.

Di dalam negeri, sejumlah indikator menggambarkan bahwa permintaan domestik belum mengalami perbaikan yang signifikan.

Pertumbuhan kredit perbankan yang hanya mencapai sekitar 7,56% (yoy) pada Agustus 2025 menunjukkan bahwa pelaku usaha masih berhati-hati dalam melakukan ekspansi. Hal ini diperkuat dengan melemahnya keyakinan konsumen serta meningkatnya jumlah pemutusan hubungan kerja pada paruh pertama 2025, yang memberi tekanan pada daya beli rumah tangga. Kondisi ini membuat konsumsi rumah tangga, yang merupakan komponen terbesar dalam PDB, belum mampu menjadi motor utama pemulihan ekonomi.

Dinamika dan Respons Kebijakan

Kini, kala dinamika ekonomi yang masih dibayangi ketidakpastian, pemerintah berupaya mempertahankan momentum pertumbuhan melalui berbagai instrumen kebijakan yang bersifat kontraktif maupun ekspansif. Tantangan global, seperti perlambatan ekonomi dunia dan tekanan perdagangan internasional, menuntut respons kebijakan yang lebih adaptif serta berfokus pada penguatan permintaan domestik.

Di sisi lain, kondisi internal yang ditandai oleh konsumsi rumah tangga yang belum sepenuhnya pulih dan investasi swasta yang cenderung berhati-hati memperkuat urgensi perlunya intervensi fiskal yang lebih terarah.

Sejalan dengan kebutuhan tersebut, kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah saat ini menunjukkan pendekatan yang sangat ekspansif melalui peningkatan signifikan pada belanja negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |