Suhu udara di Almaty 17 derajat celcius. Rintik hujan turun membasahi jalanan, sementara di pinggir jalan ada dua orang sekuriti sedang berbincang. Saat turun dari taksi, perjalanan 13 ribu langkah mengelilingi sebagian kecil kota Almaty dimulai.
Jurnalis detikcom berkunjung ke Almaty, Kazakhstan, pada Kamis (18/9/2025). Kunjungan Itu dilakukan setelah memenuhi undangan VIII Congress of Leaders of World and Traditional Religions dari pemerintah Kazakhstan. Kongres digelar di kota Astana pada 16-19 September.
Perjalanan mengelilingi kota Almaty dimulai dari Bandara Internasional Almaty pukul 10.20 waktu setempat. Pesawat dari Astana ke kota tersebut sebelumnya tiba di pukul 10.00.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah menitipkan koper di layanan penyimpanan yang ada di bandara, perjalanan mengelilingi kota Almaty dimulai. Transportasi taksi dipilih sebagai armada pengangkut dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Titik pemberhentian pertama yang dituju ialah Grand Bazaar. Lokasinya berjarak 30 menit dari Bandara Almaty. Kita harus membayar sekitar 5.800 tenge (1 tenge KZT = Rp 3 ribu) untuk layanan taksi tersebut. Pemesanan taksi di Kazakhstan bisa menggunakan aplikasi Go Yandex.
Cuaca di Almaty pada Kamis (16/9) jelang siang mendung dan sesekali turun rintik hujan. Suhunya dingin, tapi tidak sampai menusuk tulang. Di bulan September, Kazakhstan tengah memasuki musim semi.
Ketika berjumpa dengan Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan, Fadjroel Rachman, di sela kongres pada Rabu (17/9), dia bercerita saat musim dingin suhu di Kazakhstan bisa mencapai -30 hingga 40 derajat celcius.
Lalu lintas dari Bandara Almaty ke Grand Bazaar ramai lancar. Satu yang paling terasa, jarang terdengar suara klakson pengendara bersahutan. Setelah hampir 40 menit perjalanan menggunakan taksi, detikcom akhirnya tiba di Grand Bazaar.
Kesan pertama yang muncul ialah bangunan yang terasa tua. Tembok gedung tersebut didominasi mayoritas warna hijau. Di atas bangunan tertera tulisan dengan bahasa Kazakh. Ada satu kalimat yang bisa dibaca orang non-Kazakhtan di atas bangunan tersebut, yaitu, Kok Bazaar.
Grand Bazaar merupakan pasar tradisional tertua di Kazakhstan. Pasar tersebut telah ada sejak tahun 1880-an. Sempat hancur usai diguncang gempa pada tahun 1887, bazar ini dibangun kembali pada tahun 1927.
Pernak-pernik berbau Kazakhstan langsung menyambut saat masuk ke area dalam Grand Bazaar. Topi, jaket, tas, hingga selendang bercorak budaya Kazakhstan menghiasi sepanjang lorong jalan. Barang-barang tersebut dijual dengan harga berkisar 2 ribu hingga 10 ribu tenge KZT.
Layaknya pasar tradisional pada umumnya, para penjual langsung menyapa tiap orang yang datang. Dengan bahasa Inggris seadanya, mereka menawarkan barang dagangannya. Selain barang bermotif Kazakhstan, Grand Bazaar juga menjual banyak dagangan umum mulai dari mainan, alat elektronik hingga toko olahraga.
Turun beberapa lantai, kita akan menemukan area penjual daging. Di satu blok ini daging mulai ukuran kecil hingga besar dijual. Uniknya, tidak terasa bau amis saat mengitari area ini. Seluruh penjual daging di blok ini mengenakan seragam yang sama, yaitu, pakaian putih.
Selesai menyusuri Grand Bazaar, perjalanan dilakukan ke titik berikutnya, Panvilov Park. Berbekal bantuan Google Map, hanya butuh waktu 10 menit berjalan kaki dari Grand Bazaar ke lokasi tersebut. Rindang pohon-pohon langsung menyambut saat tiba di Panvilov Park.
Panvilov Park merupakan taman yang dibangun untuk menghormati 28 Garda Panfilov. Puluhan prajurit itu berasal dari unit infanteri Alma-Ata Tentara Merah yang gugur dalam Pertempuran Moskow selama Perang Dunia II.
Panvilov Park Foto: (Yogi/detikcom)
Sisa-sisa nuansa Soviet memang terasa saat berada di taman ini. Di Panvilov Park ada beberapa monumen perang. Salah satu yang paling besar berada di jantung taman yang memuat monumen raksasa bergambar prajurit. Di depan monumen besar itu juga terdapat api abadi. Monumen ini dinamakan Memorial of Glory.
Di sisi kanan dan kiri monumen raksasa itu juga terdapat sebuah patung prajurit. Di sebelah kiri terdapat patung prajurit dengan keterangan tahun 1917-1920 dan di sebelah kanan terdapat patung prajurit dengan keterangan tahun 1941-1945. Tahun-tahun ini merujuk pada pecahnya perang dunia pertama dan kedua.
Berjalan masuk ke area dalam taman, kita akan disambut bangunan gereja katedral nan megah. Gereja itu bernama Ascencion Cathedral, sebuah katedral Ortodoks Rusia.
Bangunan didominasi warna kuning dan krem. Di depan gereja terdapat taman yang memuat rumput hijau dan tanaman warna-warni. Kesan megah dan indah langsung terpancar saat pertama kali melihat bangunan tersebut.
Katedral tersebut selesai dibangun para tahun 1907. Bangunannya terbuat dari kayu tetapi tanpa paku. Tinggi bangunan mencapai 56 meter. Angka itu membuat Ascencion Cathedral diklaim sebagai bangunan kayu tertinggi kedua di dunia.
Ascencion Cathedral Foto: (Yogi/detikcom)
Selesai berkeliling di Panvilov Park, detikcom kembali berjalan menuju Grand Bazaar. Usai makan siang di sana, detikcom lalu memesan taksi kembali ke Bandara Almaty untuk bersiap penerbangan pulang ke Jakarta.
Saat melihat aplikasi kesehatan di telepon pintar, tertera tanda 13.568 langkah telah terlewati. Jumlah itu ditempuh dengan berkeliling selama empat jam.
Grand Bazaar, Panvilov Park, hingga Ascencion Cathedral merupakan gambaran kecil dari wajah kota Almaty. Sejumlah tempat wisata alam di Almaty telah terkenal akan keindahannya. Semoga nasib dan rezeki bisa membawa lagi berkunjung ke kota ini.
(ygs/zap)