loading...
Perayaan Idulfitri sangat berkaitan perang Badar, waktu perayaan tersebut bertepatan dengan selesainya Perang Badar yang dimenangkan oleh kaum Muslimin. Foto ilustrasi/ist
Sejarah dan asal mula perayaan Idulfitri penting diketahui umat Muslim. Dan ternyata Idulfitri ini sangat berkaitan dengan Ramadan dan perang Badar. Begini penjelasannya:
Waktu perayaan tersebut bertepatan dengan selesainya Perang Badar yang dimenangkan oleh kaum Muslimin. Perang yang terjadi pada Ramadan itu dengan jumlah pasukan di sisi umat Muslim yang jauh lebih sedikit dibanding kaum kafir, nyatanya diganjar Allah dengan perayaan yang luar biasa indah dan barokah: Idulfitri .
Karena kemenangan inilah maka lahirlah ungkapan “Minal ‘Aidin wa Faizin” yang memiliki versi lengkapnya yaitu “Allahummaj ‘alna minal ‘aidin walfaizin” yang berarti Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali (dari Perang Badar) dan mendapatkan kemenangan.
Dalam buku 'Hayatu Muhammad', Husein Haikal menjelaskan, sejak awal Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam tidak pernah menginginkan peperangan, namun peperangan ini dipicu oleh aksi monopoli pasar dan blokade aktifitas dagang oleh kaum Quraisy Mekah terhadap Muslim Madinah. Pada hari ke-8 Ramadanlah perang ini dimulai. Dengan tentara yang berjumlah 1000, pasukan Abu Jahal dan kafilah Abu Sufyan dari Syam menyerbu. Saat itu Nabi hanya membawa 300 sahabat menuju Badar.
Selanjutnya disebutkan dalam Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources karya Martin Lings, bahwa di Badarlah perang ini berlangsung pada pagi 17 Ramadhan. Dengan didampingi Sahabat yakni Hamzah, Umar, Ali, dan ‘Ubaidah, Nabi memimpin 300 pasukan melawan 1000 pasukan. Raut cemas menyelimuti wajah Nabi. Bahkan Abu Bakar, sahabat Nabi dapat menangkap kecemasan tersebut.
Hingga turunlah satu ayat Al Qur’an yang menenangkan gelombang kecemasan tersebut yaitu Surat Al Anfal ayat 65.
"Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti." (QS. Al Anfal: 65).
Berkat keteguhan iman, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya dapat memenangkan peperangan dengan waktu yang lumayan singkat. Dengan luka di tubuh, Rasulullah dan para sahabat melangsungkan salat Ied pertamanya. Dalam suasan tersebut, para sahabat saling bertemu dengan mengucapkan doa “Taqabbalallahu minna waminkum” yang artinya semoga Allah menerima ibadah kita semua.
Dalam ‘Ensiklopedi Islam‘ disebutkan, bahwa jauh sebelum ajaran Islam turun, masyarakat Arab sudah memiliki dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan, keduanya berasal dari zaman Persia Kuno. Biasanya, mereka merayakan kedua hari raya itu dengan menggelar pesta pora.
Seiring dengan masuknya ajaran Islam dan turunnya perintah untuk menunaikan puasa di bulan Ramadan, kedua hari raya yang telah mengakar di kalangan kaum Anshar kemudian diganti dengan Idulfitri dan Iduladha.
Hal ini didasarkan hadis berikut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Abu Daud dan an-Nasa’i dengan sanad hasan)
Di Idulfitri pertama inilah kaum muslimin merayakan dua kemenangan perdana, yaitu pencapaian ritual puasa Ramadan dan keberhasilan di Perang Badar. Narasi antarkedua peristiwa ini menjadi relasi yang tak terpisahkan dalam memaknai kemenangan; dari perspektif spiritual, juga sosial.
(wid)