Saling Silang AS-China Soal Tarif, Rupiah Terguncang ke Rp16.855

5 hours ago 2

loading...

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali ditutup melemah pada Senin (28/4). FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali ditutup melemah 26 poin atau 0,15 persen ke level Rp16.855 per dolar AS pada perdagangan Senin (28/4/2025). Pelemahan ini juga didorong oleh sentimen global yakni pertumbuhan ekonomi hingga negosiasi dengan China.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pasar telah diguncang oleh sinyal yang saling bertentangan dari Presiden AS Donald Trump dan Beijing mengenai kemajuan apa yang sedang dibuat untuk meredakan perang dagang yang mengancam akan melemahkan pertumbuhan global.

“Dalam komentar terbaru dari Washington, Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada hari Minggu tidak mendukung pernyataan Trump bahwa negosiasi dengan China sedang berlangsung. Sebelumnya, Beijing membantah adanya pembicaraan yang sedang berlangsung," tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (28/4).

Banyak peserta dalam Pertemuan Musim Semi Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia mengatakan pemerintahan Trump masih berkonflik dalam tuntutannya dari mitra dagang yang terkena tarifnya yang besar. Investor juga mengamati perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat di Oman yang berlanjut minggu ini.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan dia tetap "sangat berhati-hati" tentang keberhasilan negosiasi tersebut. Di Iran, ledakan dahsyat di pelabuhan terbesarnya, Bandar Abbas, telah menewaskan sedikitnya 40 orang, dengan lebih dari 1.200 orang terluka, media pemerintah melaporkan pada hari Minggu.

Pada hari Minggu, pejabat tinggi dalam pemerintahan Trump mendesak Rusia dan Ukraina untuk membuat kemajuan dalam kesepakatan damai setelah pertemuan empat mata antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Vatikan sehari sebelumnya.

Dari sentimen internal, pelaku pasar pesimistis, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada 2029, yang ditargetkan Presiden Prabowo Subianto, menjadi makin sulit tercapai, bila ekonomi Indonesia tumbuh di bawah 5% tahun ini, sesuai dengan proyeksi lembaga internasional.

Sebab, Indonesia harus mampu menaikkan laju pertumbuhan secara konsisten setiap tahun, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai sekitar 6,76 persen selama periode 2026 hingga 2029 untuk mencapai target tersebut. Sehingga pemerintah perlu melakukan akselerasi yang terencana dalam meningkatkan investasi, memperluas ekspor ke pasar nontradisional, serta mempercepat transformasi sektor manufaktur dan digital.

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |