loading...
Kemendikdasmen sukses menggelar Panen Hasil Inovasi Guru SMK dan Instruktur LKP di BBPPMPV Bisnis dan Pariwisata, Depok. Foto/BKHM.
JAKARTA - Kemendikdasmen sukses menggelar Panen Hasil Inovasi Guru SMK dan Instruktur LKP di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Bisnis dan Pariwisata, Depok. Kegiatan ini diselenggarakan bersamaan dengan pembukaan Program Peningkatan Kompetensi (Upskilling dan Reskilling) bagi Guru SMK dan Instruktur LKP.
Ragam karya dan inovasi yang turut dihadirkan adalah sebuah apresiasi atas dampak nyata dari hasil program Peningkatan Kompetensi sebelumnya.
Dalam panen karya tahun ini memamerkan puluhan karya inovatif, di antaranya Doctor Detection (Deteksi Gejala Penyakit) karya peserta pelatihan dari SMKN 9 Malang, Face Detection untuk Absensi karya SMKN 1 Depok, Game Barda dan Rumble Academia karya SMKN 1 Ciomas, Smart Farming Perikanan karya SMKN 1 Maros dan SMKN 1 Cijambe, Control System Peralatan Rumah Tangga Menggunakan IoT karya SMKN 1 Percut Sei Tuan, dan karya-karya lainnya.
Cecep Haetapi, guru SMK Negeri 1 Sumedang, yang memamerkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Hibrida), mengungkapkan bahwa karya yang dihadirkannya merupakan hasil program Peningkatan Kompetensi pada masa pandemi bersama BBPPMPV Bidang Mesin dan Teknik Industri (BMTI), Cimahi, Jawa Barat.
Program Peningkatan Kompetensi membawa manfaat besar bagi dirinya untuk mendorong kapasitas dan kepercayaan dirinya.
“Saya mendapat pencerahan untuk membuat karya PLTS ini dari hasil pelatihan. Alat-alat ini fungsinya untuk keandalan listrik di rumah dari beberapa sumber. Ada angin dan cahaya matahari yang sumbernya berlimpah di negara kita dan dimanfaatkan dengan baik,” kata guru yang mengajar Pengolahan Produk Kreatif dan Kewirausahaan ini.
Sementara itu, guru Rekayasa Perangkat Lunak, SMK Negeri 9 Malang, Arif Kurniawan, menceritakan penemuannya tentang aplikasi Doctor Detection hasil program Upskilling dan Reskilling bersama BPPMPV Kelautan, Perikanan, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (KPTK), Gowa, Sulawesi Selatan pada tahun sebelumnya.
Aplikasi yang dihasilkannya tersebut berupa mesin learning yang dipakai untuk memprediksi secara dini penyakit seseorang dari gejala yang timbul.
“Produk ini hasil Upskilling dan Reskilling, tapi kami mengembangkannya bersama guru-guru lainnya. Di sekolah kami juga punya ada komunitas pengembangan AI, bersama murid. Jadi, kami kembangkan di sana. Nantinya aplikasi ini dapat digunakan oleh masyarakat secara mandiri untuk mendeteksi penyakitnya,” terang Kurniawan tentang aplikasi berbasis AI tersebut.
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Tatang Muttaqin mengatakan, program ini mendukung peningkatan dan pemerataan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan vokasi.
Ia mengatakan bahwa guru sekolah menengah kejuruan (SMK) dan instruktur lembaga kursus dan pelatihan (LKP) perlu merespons perkembangan teknologi yang sangat dinamis dan terus mengupayakan agar kompetensi profesionalnya dapat mengimbangi perkembangan teknologi dan siap diimplementasikan oleh calon lulusannya di dunia kerja.
“Pada era industri dan digital sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, mengubah kondisi sosial budaya masyarakat, termasuk mengubah pola dunia kerja. Guru SMK dan instruktur LKP harus dapat mengimbangi perkembangan itu agar pendidikan yang dikelolanya akan tetap relevan dan memenuhi kebutuhan masyarakat,” pungkasnya.
(nnz)