Pelni Usul Pendapatan Retribusi Tiket Digunakan Untuk Beli Kapal Baru

2 hours ago 2

Jakarta -

PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PT Pelni (Persero) membuka opsi agar dari retribusi pendapatan tiket penumpang kapal laut dapat digunakan untuk membeli kapal penumpang baru. Hal itu untuk memenuhi investasi armada kapal laut penumpang di Tanah Air.

Direktur Utama Pelni, Tri Andayani menyebut hal itu baru sebatas usulan di tengah ruang investasi dan pendanaan yang terbatas. Adapun pendapatan dari tiket per tahunnya mencapai angka sekitar Rp 1,4 triliun.

"Kami kemarin sudah berdiskusi secara detail juga ada ruang-ruang itu misalnya kalau secara teknisnya dari pendapatan dari tiket yang selama ini kita setorkan ke Kementerian Keuangan, ke negara. Itu bisa jadi tidak dikembalikan ke negara, tetapi untuk diinvestasikan atau dibelikan kapal," kata Andayani kepada wartawan di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (5/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andayani menjelaskan sejatinya ada dana dari depresiasi kapal-kapal lama milik Pelni yang bisa dimanfaatkan, namun prosesnya memakan waktu yang panjang.

"Misalnya depresiasi, amortisasi dari kapal-kapal itu, cuma kan itu terlalu lama. Kalau nunggu dari depresiasi, amortisasi itu baru setiap 15 tahun sekali beli kapal," jelasnya.

Selaim itu, Pelni juga membuka opsi pendanaan melalui penjajakan kerjasama dengan BPI Danantara. Melalui skema ini, BPI Danantata membeli kapal untuk Pelni lebih dulu dan mencicil pembayarannya melalu mekanisme Public Service Obligation (PSO).

"Banyak skema-skema yang memang kita mau didiskusikan lebih lanjut dengan kementerian teknis," sebut Andayani.

Andayani mejelaskan alasan kuat Pelni terus mendorong penambahan armada baru yaitu karena tingginya permintaan dari penumpang. Dia mengatakan selama ini kapal-kapal Pelni kerap mengangkut penumpang lebih dari kapasitas normal.

"Kita mintakan dispensasi karena lahir dari demand penumpangnya, permintaan penumpangnya itu di seluruh pelabuhan. Di seluruh daerah itu rata-rata kurang lebih 50 persen dari kapasitas maksimum kapal-kapal kami seluruhnya," jelas Andayani.

Pelni, lanjut Andayani, juga telah menggandeng Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM dalam pengkajian kebutuhan kapal nasional.

"Saat ini Pelni memiliki pangsa pasar sekitar 30 persen untuk transportasi laut penumpang. Arah pengembangan ke depan sangat bergantung pada sejauh mana pemerintah ingin memperluas peran PELNI dalam pelayanan transportasi laut nasional," terang Andayani.

Namun untuk memenuhi kebutuhan penumpang, Andayani mengatakan pihaknya telah mengusulkan kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk menerapkan pola operasi hub and spoke. Di mana kapal besar berkapasitas 2.000 hingga 3.000 penumpang akan difokuskan pada jalur utama yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar.

Sedangkan kapal-kapal berukuran lebih kecil atas sekitar 500-1.000 penumpang akan melayani rute pengumpan (feeder) menuju daerah-daerah terpencil. Namun frekuensi yang lebih tinggi daripada saat ini

"Nah itu yang kita juga akan usulkan karena hasil kajian dengan Pustral UGM tadi. Tapi kita juga enggak tahu nih hasil kajiannya, roadmap-nya atau blueprint-nya Kementerian Perhubungan seperti apa," terang Andayani.

Lebih lanjut, berdasarkan analisis kebutuhan layanan bersama Pustral UGM pula, Pelni diperkiraka perlu sekitar 39 kapal untuk untuk menjaga frekuensi pelayaran dua minggu sekali. Adapun saat ini, Pelni mengoperasikan total sebanyak 26 kapal penumpang.

"Pelni memiliki 26 kapal penumpang yang mana 12 hingga 15 malah di antaranya sudah melebihi dari umur teknis," ucapnya.

(ond/idn)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |