loading...
Permohonan penyertaan modal sebesar Rp30,31 triliun kepada Danantara menandai langkah strategis untuk mengamankan kesinambungan operasional dan transformasi maskapai Garuda. Foto/Dok
JAKARTA - Sejarah industri penerbangan global mencatat tumbangnya dua maskapai legendaris: Pan American Airways (PanAm) di Amerika Serikat dan Ansett Airlines di Australia. Keduanya pernah menjadi simbol kejayaan nasional, namun akhirnya lenyap akibat ketidakhadiran negara saat krisis datang.
Tanpa perlindungan, keduanya tak sempat bertransformasi dan akhirnya ditinggalkan pasar tanpa kembali. Hari ini, Garuda Indonesia berada di persimpangan sejarah yang serupa-dan bukan untuk pertama kalinya.
Sebagai maskapai nasional, Garuda Indonesia memikul peran yang jauh melampaui sekadar fungsi komersial. Ia menjadi wajah diplomasi udara Indonesia, membuka akses ke wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), serta menjembatani konektivitas ekonomi, logistik, dan sosial di seluruh penjuru Nusantara.
Baca Juga: Bukti Penyehatan Maskapai Garuda Indonesia usai Badai Finansial
Permohonan penyertaan modal sebesar Rp30,31 triliun kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) menandai langkah strategis untuk mengamankan kesinambungan operasional dan transformasi Garuda. Dalam konteks ini, dukungan terhadap Garuda tidak sekadar dimaknai sebagai keputusan investasi, melainkan bagian dari mandat negara untuk menjaga kedaulatan langit, memperkuat struktur industri penerbangan nasional, dan memastikan simbol negara tetap hadir dan berdaya saing di pentas internasional.
Analis kebijakan publik, Hendri Satrio menyampaikan, Danantara bukan semata demi menyelamatkan Garuda Indonesia, tetapi menjaga kehormatan negara. Langkah ini bukan hanya strategis, melainkan juga mencerminkan komitmen terhadap masa depan kebanggaan nasional.
"Kita tidak memiliki pilihan lain selain memastikan Garuda tetap mengangkasa-lebih maju, lebih kompetitif, dan mampu bersaing secara sehat di tengah industri penerbangan global yang kian dinamis. Menjaga keberlangsungan Garuda Indonesia berarti menjaga simbol, marwah, dan kedaulatan kita sebagai bangsa," bebernya.
Bisnis maskapai penerbangan sendiri bukanlah usaha yang mudah dijalankan, bahkan dalam kondisi ekonomi yang stabil. Dalam dua tahun terakhir, sejumlah maskapai besar di berbagai belahan dunia turut tumbang.
Jetstar Asia -anak usaha Qantas di Singapura- menutup operasinya pada Juli 2025. Air Belgium bangkrut pada April 2025 akibat tekanan biaya dan operasional. Flybe di Inggris kembali kolaps pasca-relaunch.
Lalu Viva Air Colombia menghentikan operasinya pada Februari 2023 karena gagal merger dan lonjakan harga avtur. Di Brasil, Voepass Airlines kehilangan izin terbang karena masalah tata kelola dan keselamatan.