Menag: Pesantren dan Kurikulum Cinta Solusi Pembentukan Karakter Anak

5 hours ago 5

loading...

Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa pendidikan berbasis pondok pesantren dan penerapan Kurikulum Cinta di madrasah dapat menjadi solusi dalam membentuk karakter anak yang utuh. Hal ini disampaikan Menag usai mengikuti kegiatan Car Free Day (CFD) dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional 2025, di kawasan Sudirman, Jakarta.

“Sekarang ini, tempat yang paling aman untuk anak-anak adalah di Pondok Pesantren. Secara statistik, di pondok pesantren anak jadi lebih teratur, terdisiplinkan pola hidupnya, lahir batinnya juga terpelihara, terkontrol,” ujar Menag Nasaruddin Umar, Minggu pagi (20/7/2025).

Acara CFD ini dirancang untuk mengedukasi dan menggembirakan anak-anak Indonesia dengan berbagai aktivitas. Misalnya, memperkenalkan permainan tradisional agar anak tidak terlalu banyak menghabiskan waktu dengan penggunaan gawai.

Baca Juga: Jangan Anggap Enteng Perbuatan Zina, Dampaknya Mengerikan

Acara yang juga diisi pentas seni ini dihadiri sejumlah pejabat negara, antara lain Pembina SERUNI (Solidaritas Perempuan untuk Indonesia) Selvi Gibran Rakabuming, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mukti, para wakil menteri dan para anggota SERUNI.

Menurut Menag, tidak semua orang tua dewasa secara usia mampu memberikan pola asuh yang sehat. “Sebetulnya yang perlu diperbaiki bukan hanya anak, orang tuanya pun juga bertanggung jawab. Ada orang tua yang dewasa aecara umur, tapi masihchildishdari segi kepribadian,” jelas Menag.

Selain pesantren, Kementerian Agama juga tengah mendorong penerapan kurikulum cinta di madrasah. Kurikulum ini menekankan pengajaran agama yang membentuk kasih sayang, toleransi, dan cinta tanah air, bukan kebencian atau fanatisme sempit.

“Kurikulum cinta itu memberikan pemahaman untuk tidak mengajarkan kebencian, banyak yang merasa mengajarkan agama padahal tidak sadar mengajarkan kebencian. Mengajarkan agama itu harus mengajarkan rasa cinta satu sama lain, termasuk cinta tanah air, cinta lingkungan hidupnya supaya sehat, dan cinta antar sesama tanpa membedakan agama apa pun,” tutur sosok yang juga merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal ini.

Menag menambahkan, dunia pendidikan sangat menentukan masa depan bangsa. Karena itu, semua lembaga pendidikan harus berperan aktif memberikan arah dan tujuan hidup yang jelas bagi anak sejak dini. “Anak-anak kita sekarang ini harus punyadirection. Mau jadi anak seperti apa. Anak bangsa seperti apa yang kita akan order di masa depan harus ditentukan dari sekarang,” ucapnya.

Menag pun mengajak semua kementerian untuk bersinergi dalam mengelola pendidikan anak bangsa. “Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Kementerian Agama sama-sama mengelola anak bangsa, maka itu kita perlu bergandeng tangan, jangan antara satu kementerian dengan kementerian lain tidak searah,” katanya.

Kegiatan CFD ini menjadi salah satu bagian dari peringatan Hari Anak Nasional yanglg puncaknya akan digelar pada 23 Juli 2025. Selain CFD, pengenalan permainan tradisional dan aktivitas bermain bersama diikuti 1.099 anak dari 82 satuan pendidikan, mulai dari pondok pesantren, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK (Taman Kanak-kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), dan Sekolah Luar Biasa di wilayah DKI (Daerah Keistimewaan Jakarta) Jakarta.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi mengungkapkan pendekatan dengan pengenalan permainan tradisional untuk mengurangi paparan gawai pada anak muncul dari keprihatinan atas banyaknya kasus kekerasan terhadap anak yang disebabkan oleh pola asuh yang buruk serta penggunaan gadget yang tidak bijaksana. Karena itu, permainan tradisional dan interaksi sosial menjadi bagian penting dari peringatan tahun ini.

"Dari beberapa kekerasan, kasus-kekerasan yang kami dalami, salah satu penyebabnya adalah pola asuh dalam keluarga, penggunaan gadget yang tidak bijaksana, dan faktor yang minimal. Oleh karena itu, pada hari ini kami mengajak anak-anak untuk bermain permainan tradisional, agar mereka tidak terfokus lagi pada gadgetnya, tetapi kita bisa bermain bersama-sama,” ujar Menteri PPPA.

(aww)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |