Kisah Tunggul Ametung Nyaris Tewas saat Letusan Dahsyat Gunung Kelud

1 day ago 8

loading...

Penguasa Tumapel Tunggul Ametung nyaris tewas jauh sebelum dibunuh Ken Arok akibat letusan Gunung Kelud. Foto: Dok SINDOnews

PENGUASATumapel Tunggul Ametung nyaris tewas jauh sebelum dibunuh Ken Arok akibat letusan Gunung Kelud. Saat itu, gunung yang berada di perbatasan tiga wilayah Blitar, Kediri, dan Malang meletus dahsyat.

Tunggul Ametung yang saat itu berkuasa di bawah Kerajaan Kediri tengah mencari brahmana atau pendeta agama Hindu.

Baca juga: Kisah Tunggul Ametung Tewas Ditikam Keris Bikin Kerajaan Singasari Tegang

Tunggul Ametung berusaha mencari keberadaan mertuanya Mpu Purwa yang tak ditemukan. Karena tak menemukan Mpu Purwa, sang menantu itu langsung merusak rumah dan seisinya, termasuk padepokan milik Mpu Purwa sang pendeta agama Hindu Syiwa ini.

Puas melampiaskan marahnya ke Mpu Purwa, Tunggul Ametung bergerak terus mencari brahmana lain. Tujuannya kali ini adalah Arya Artya. Brahmana satu ini oleh Tunggul Ametung juga dituduh telah mencelakakan dirinya.

Ketika sampai di rumah Artya sebagaimana dikisahkan buku "Hitam Putih Ken Arok : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan", penghuninya tidak ada. Seluruh anggota Artya juga telah melarikan diri.

Dia bersama pasukannya terus memburu Artya ke tengah hutan. Nahas, saat mencari orang yang diburunya tiba-tiba muncul bencana alam.

Gunung Kelud meletus dan gempa pun melanda yang mengakibatkan longsor. Karma langsung dibalas nyata. Akibat bencana ini, Tunggul Ametung terjatuh dari kudanya dan dia tertindih oleh pohon tumbang.

Tubuh Tunggul Ametung terluka parah. Beruntung, akuwu Tumapel ini masih bisa diselamatkan. Tunggul Ametung dalam keadaan terluka akhirnya dibawa pulang oleh para prajuritnya dan dirawat istrinya Ken Dedes.

Selama dalam perawatan Ken Dedes, Tunggul Ametung merasakan kelembutan putri brahmana Mpu Purwa itu. Ketika Tunggul kembali sehat, istrinya kembali tegas dan berjiwa membangkang terhadapnya.

Namun, Tunggul Ametung tetap tidak berani dengan istrinya itu. Dia masih meyakini ramalan Prabu Erlangga. Apalagi dia telah bersusah payah memboyong perempuan yang dikenal sangat ayu dan cerdas itu ke Tumapel.

Andaikan Kertajaya melihatnya, Raja Kediri itu pasti akan merebut putri Mpu Purwa itu dari tangannya. Karenanya, segala upaya dia pertaruhkan untuk mempertahankan Ken Dedes untuk tetap menjadi Paramesywarinya. Dia pun tak berani menyakiti apalagi mengasari istrinya tersebut.

(jon)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |