loading...
Inggris disebutkan telah memberikan keuntungan yang didapatkan dari aset Rusia yang dibekukan sebesar sekitar USD1 miliar atau setara Rp16,4 triliun. Foto/Dok
JAKARTA - Inggris disebutkan telah memberikan keuntungan yang didapatkan dari aset Rusia yang dibekukan sebesar sekitar USD1 miliar atau setara Rp16,4 triliun (dengan kurs Rp16.402 per USD) ke Ukraina. Transfer Inggris dari hasil dana bank sentral Rusia yang dibekukan, diungkapkan oleh Ketua Duma Negara Rusia, Vyacheslav Volodin.
Sebelumnya pada akhir pekan kemarin, Perdana Menteri Ukraina, Denis Shmigal mengatakan, bahwa Kiev telah menerima tahap pertama senilai USD1 miliar dari Inggris, usai memanfaatkan aset Rusia. Dia menerangkan, dana tersebut bakal digunakan untuk memperkuat pertahanan Ukraina.
Denis Shmigal juga menyuarakan, harapan bahwa semua aset Rusia yang dibekukan akan "disita dan ditransfer" ke Kiev. Baca Juga: Prancis Bakal Manfaatkan Aset Beku Rusia Senilai Rp3,4 Triliun Tahun Ini
Berbicara kepada wartawan seperti dilansir RT, Volodin mengatakan Inggris "harus mengembalikan kepada Rusia apa yang sekarang mereka berikan dengan murah hati,". Ia juga menambahkan, bahwa Moskow memiliki "setiap alasan untuk memberikan respons,".
Volodin juga memperingatkan, bahwa apa yang dilakukan London bakal "merusak kepercayaan" dalam sistem keuangannya, karena mereka "melanggar prinsip yang tidak dapat diganggu gugat, landasan sistem keuangan global."
Ditekankan oleh Vyacheslav Volodin bahwa mentransfer aset kedaulatan Rusia ke Kiev adalah pelanggaran berat terhadap hukum internasional.
Seperti diketahui negara-negara Barat membekukan aset bank sentral Rusia senilai sekitar USD300 miliar setelah eskalasi konflik Ukraina pada tahun 2022. Dari total tersebut, lebih dari USD200 miliar dilaporkan disimpan di lembaga kliring Euroclear yang berbasis di Brussels, sementara hingga USD30 miliar berada di Inggris.
Bunga dari aset tersebut telah menghasilkan miliaran dolar. Euroclear mentransfer langsung lebih dari USD1 miliar ke Ukraina pada Juli lalu. Sementara itu Kiev terus memberikan desakan kepada para pendukungnya untuk mengambil alih aset, dalam upaya membiayai upaya militer dan rekonstruksi akibat perang.
Sementara itu Barat masih terpecah terkait nasib aset yang dibekukan. Disebutkan banyak negara Uni Eropa enggan memanfaatkan cadangan itu sendiri, namun justru memilih bunga yang diperoleh dari aset tersebut.
Beberapa telah menyuarakan kekhawatiran bahwa penyitaan aset Rusia dapat merusak sistem keuangan Barat dan mengikis kepercayaan pada euro. Dana Moneter Internasional (IMF) juga memperingatkan bahwa mengambil dana tanpa dasar hukum yang jelas dapat merusak kepercayaan global terhadap lembaga keuangan Barat.
Kremlin telah berulang kali mengecam pembekuan aset sebagai tindakan "pencurian" dan memperingatkan bakal menempuh jalur hukum terhadap mereka yang terlibat dalam penyitaan aset.
(akr)