loading...
Pemerintah Singapura melihat kemungkinan pertumbuhan PDB negara itu bisa nol persen tahun ini akibat gejolak ekonomi global. FOTO/Ilustrasi
JAKARTA - Singapura melonggarkan kebijakan moneternya untuk kedua kalinya berturut-turut, mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan nol persen tahun ini setelah membukukan ekspansi produk domestik bruto (PDB) yang lebih rendah dari yang diharapkan sebesar 3,8%di kuartal pertama.
Otoritas Moneter Singapura juga telah melonggarkan sikap kebijakannya dalam pertemuannya di bulan Januari, melonggarkan kebijakan untuk pertama kalinya sejak tahun 2020. Pertumbuhan PDB kuartalan Singapura dari tahun ke tahun meleset dari ekspektasi sebesar 4,3 persen dari para ekonom yang disurvei oleh Reuters, dan lebih rendah dari ekspansi 5 persen yang terlihat pada kuartal terakhir tahun 2024.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MTI)menurunkan perkiraan PDB menjadi 0-2 persen untuk tahun 2025, turun dari prospek sebelumnya sebesar 1-3 persen. Monetary Authority ofSingapore (MAS) juga memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 0-2 persen untuk tahun 2025.
Dalam sebuah rilis, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menyatakan perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh penurunan di bidang manufaktur, serta beberapa sektor jasa seperti keuangan dan asuransi. Kementerian tersebut mengatakan bahwa karena tarif yang diberlakukan oleh AS, serta perang dagang AS-China, prospek pertumbuhan kedua negara akan memburuk.
MAS mengatakan pada hari Senin bahwa mereka akan mengurangi tingkat apresiasi dari kebijakannya yang dikenal sebagai nilai tukar efektif nominal dolar Singapura, atau S$NEER. "MAS akan melanjutkan kebijakan apresiasi yang moderat dan bertahap dari kebijakan S$NEER,"ungkapnya, seperti di lansir CNBC, Senin (14/4/2025).
Bank sentral memperkuat atau melemahkan mata uangnya terhadap sekeranjang mitra dagang utamanya, sehingga secara efektif menetapkan S$NEER. Nilai tukar yang tepat tidak ditetapkan, sebaliknya, S$NEER dapat bergerak dalam kebijakan yang ditetapkan, yang tingkat tepatnya tidak diungkapkan.
MTI menyatakan bahwa prospek permintaan eksternal Singapura telah "melemah secara signifikan". MTI menyoroti bahwa sektor manufaktur kemungkinan akan terpengaruh secara negatif oleh permintaan global yang lebih lemah, dan layanan seperti keuangan dan asuransi dapat mengalami perlambatan.
Hal ini disebabkan oleh sentimen penghindaran risiko yang akan berdampak buruk pada pendapatan biaya bersih dan komisi dari segmen perbankan, pengelolaan dana, valas, dan transaksi sekuritas.
Manufaktur, serta sektor keuangan dan asuransi merupakan beberapa kontributor terbesar bagi perekonomian Singapura, yang masing-masing menyumbang sekitar 17 persen dan 14 persen dari PDB-nya.