Brasil dan China Kian Solid, Dorong Yuan Jadi Alternatif Dolar AS dalam Perdagangan BRICS

4 hours ago 3

loading...

Brasil dan China mendorong penggunaan yuan sebagai alternatif dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan negara-negara BRICS. FOTO/iStock Photo

JAKARTA - Brasil dan China mendorong penggunaan yuan sebagai alternatif dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan negara-negara BRICS, seiring menguatnya tren dedolarisasi di tengah dinamika geopolitik dan ekonomi global. Dorongan ini tercermin dari meningkatnya porsi transaksi lintas batas China yang diselesaikan menggunakan mata uang domestik.

Ekonom China Jian Lian mengungkapkan bahwa hingga Maret 2024, sekitar 52,9 persen pembayaran lintas batas China telah menggunakan renminbi (yuan), sementara porsi penyelesaian dalam dolar AS turun menjadi 42,8%. "Perubahan ini disebut sebagai bagian dari strategi de-dolarisasi yang dijalankan secara sistematis oleh Beijin," kata dia dikutip dari Watcher Guru, Senin (15/12/2025).

Pernyataan tersebut sejalan dengan pandangan mantan Direktur Eksekutif IMF Paulo Nogueira Batista Jr. yang pada 13 Desember menyebut dolar AS tidak lagi dipandang banyak pihak sebagai aset lindung nilai yang sepenuhnya aman. Menurut Batista, persepsi itu dipengaruhi oleh praktik penggunaan dolar sebagai instrumen politik serta meningkatnya kerentanan ekonomi Amerika Serikat.

Sinyal pergeseran mata uang global juga terlihat dari penerbitan obligasi China senilai USD2 miliar pada November 2024 di Arab Saudi. Penawaran obligasi tersebut mengalami kelebihan permintaan hampir 20 kali lipat dengan nilai penawaran mencapai sekitar 40 miliar dolar AS, meski dipatok hanya 1–3 basis poin di atas imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Baca Juga: Dorong Dedolarisasi, BRICS Timbun 663 Ton Emas Senilai Rp1.513 Triliun di 2025

Menurut Batista, penerbitan obligasi di Riyadh, bukan di pusat keuangan tradisional Barat, menunjukkan semakin kuatnya peran negara-negara Global South dalam sistem keuangan internasional. Ia menilai skenario paling mungkin ke depan adalah penurunan dolar secara bertahap, yang berpotensi semakin cepat jika Amerika Serikat menghadapi krisis keuangan baru.

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |