5 Negara dengan Penipuan Online Tertinggi di Dunia, 2 Ada di Asia

11 hours ago 1

loading...

Cuplikan film China No More Bets (2023), karya sutradara Ao Shen. Foto/TRINITY CINEASIA

BEIJING - Penipuan online (online scams) bukan masalah yang hanya berdampak pada individu, tetapi juga merusak kepercayaan pada layanan digital, memukul ekonomi, dan memicu respons lintas-negara dari penegak hukum.

Sepanjang beberapa tahun terakhir, jumlah kasus dan nilai kerugian yang dilaporkan terus meningkat, dari phishing dan teknik rekayasa sosial, hingga skema investasi kripto, penipuan e-commerce, dan pengalihan rekening (invoice redirection).

Karakteristik “paling tinggi” satu negara bisa diukur berbeda-beda: jumlah laporan korban yang masuk (absolute complaints), rata-rata kerugian per-victim, maupun keterlibatan wilayah tersebut sebagai pusat operasi scam.

Di bawah ini ada lima negara yang konsisten muncul dalam laporan internasional sebagai yang paling terpengaruh atau paling banyak terkait dengan aktivitas penipuan online: Amerika Serikat, Inggris, Nigeria, India, dan China. Berikut ini gambaran utama mengapa mereka menempati posisi tersebut, tipe scam dominan, dan implikasi bagi korban serta penegakan hukum.

1. Amerika Serikat

Amerika Serikat menempati posisi paling menonjol ketika dilihat dari jumlah laporan ke pusat pengaduan internasional (IC3/FBI) dan nilai total kerugian.

Laporan tahunan FBI/IC3 menunjukkan ratusan ribu pengaduan setiap tahun yang masuk dari AS, dengan jenis kasus yang dominan bergeser ke investasi palsu (termasuk skema kripto), business email compromise (BEC), phishing, dan tech-support scams.

Selain jumlah laporan yang sangat tinggi, rata-rata kerugian per korban di AS juga termasuk yang terbesar, hal ini disebabkan kombinasi luasnya penggunaan layanan finansial digital, penetrasi e-commerce, dan nilai akun bank rata-rata yang lebih besar dibanding banyak negara lain.

Dampaknya bukan hanya pada individu, tetapi juga perusahaan (kerugian BEC) dan lembaga pemerintahan; hal ini memicu upaya penindakan global dan kerja sama internasional.

Karena skala ekonominya besar, pelaku melihat AS sebagai target yang “menguntungkan”, sementara banyak korban melaporkan hilangnya tabungan besar karena investasi palsu yang disamarkan secara profesional.

2. Inggris

Inggris sering muncul di peringkat atas untuk jumlah laporan dan kompleksitas modus penipuan. Data pengaduan dan analisis pihak ketiga menunjukkan warga Inggris menjadi target utama phishing, invoice fraud (pengalihan pembayaran untuk B2B), romance scams, dan investasi palsu yang memanfaatkan platform pembayaran cepat dan open banking.

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |